New York Times Raih Tiga Penghargaan Pulitzer yang Legendaris
AMERIKA SERIKAT, SATUHARAPAN.COM – Para pemenang penghargaan jurnalisme paling bergengsi di AS Pulitzer Prize, diumumkan Senin (4/5) di New York. Harian New York Times (NYT) meraih perhargaan terbanyak.
Pengumuman para pemenang Pulitzer Prize 2020 tadinya dijadwalkan untuk 20 April lalu, namun diundur dua minggu karena wabah corona. Pengumuman sekarang dilakukan di New York secara online.
Penghargaan Pulitzer dianggap sebagai penghargaan paling bergengsi dalam dunia jurnalisme, dan telah diberikan setiap tahun sejak 1917. Tahun ini pengumuman harus ditunda karena wabah COVID-19 menyebar di AS, terutama di Negara Bagian New York.
Harian New York Times mendapat tiga penghargaan, yaitu dalam kategori laporan internasional untuk pemberitaan tentang pemerintahan Vladimir Putin di Rusia, dan dalam kategori laporan investigatif tentang praktik pemberian kredit yang sangat eksploitatif di industri taksi New York City.
Penghargaan ketiga diraih NYT dalam kategori "commentary" untuk sebuah esai tentang penelitian perbudakan di AS.
Raksasa surat kabar AS lainnya, The Washington Post, mendapat penghargaan dalam kategori "explanatory reporting" untuk laporan sains, yang menjelaskan dampak suhu udara ekstrem terhadap Bumi.
Penghargaan Foto Jurnalistik untuk Kantor Berita AP dan Reuters
Penghargaan dalam kategori pemberitaan nasional diraih harian The Seattle Times, untuk laporan-laporan mereka tentang salah konstruksi pada pesawat Boeing 737 MAX, yang menjadi penyebab dua kecelakaan pesawat jenis ini dalam rentang waktu enam bulan, dan menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat. Pesawat yang jatuh adalah milik Lion Air di Indonesia pada Oktober 2018, dan Ethiopian Air Maret 2019 dekat Addis Abeba.
Setelah kecelakaan fatal itu, semua pesawat Boeing 737 MAX di seluruh dunia dilarang terbang. Menurut penelitian tim pakar, kecelakaan itu terutama disebabkan oleh kesalahan sistem kontrol otomatis MCAS.
Penghargaan untuk kategori foto jurnalistik, diraih kantor berita The Associated Press (AP) dan kantor berita Reuters, dengan foto-foto kekerasan di Kashmir dan berita foto aksi protes di Hong Kong.
Penghargaan Khusus untuk Aktivis Antirasisme
Dewan Pulitzer juga mengumumkan penghargaan khusus untuk jurnalis investigatif dan aktivis hak-hak sipil Ida Bell Wells (1862 – 1931). Melalui tulisan-tulisannya, Ida Bell Wells mengungkap bagaimana hukuman mati tanpa pengadilan digunakan sebagai alat penindasan terhadap warga Afrika-Amerika.
Penghargaan itu diberikan untuk "laporan-laporannya yang luar biasa berani, tentang kekerasan yang mengerikan dan ganas terhadap warga Afrika-Amerika, selama era hukuman mati tanpa pengadilan", tulis Dewan Pulitzer.
Ida Bell Wells lahir dan dibesarkan di Amerika bagian selatan, dan menjadi seorang aktivis hak-hak sipil akhir abad ke-19, dan awal abad ke-20. Bekerja sebagai jurnalis, dia sering membuat laporan tentang segregasi rasial, dan perlakuan diskriminatif warga kulit hitam.
Pada tahun 1890-an, dia mendokumentasikan hukuman mati tanpa pengadilan, dan menyelidiki klaim bahwa hukuman mati tanpa pengadilan hanya diperuntukkan bagi penjahat kulit hitam. Pratik kejam ini itu juga digunakan untuk menghilangkan ancaman persaingan ekonomi dan politik, dan untuk melanggengkan kekuasaan kaum kulit putih. (dw.com)
DJP: Semua Buku Bebas PPN, Kecuali Melanggar Hukum
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyataka...