“Ngayogjazz” Upaya Hilangkan Anggapan Jazz Musik Mewah
SLEMAN, SATUHARAPAN.COM – Penggagas pagelaran “Ngayogjazz” Djaduk Ferianto mengatakan acara yang tahun 2014 terselenggara di Desa Wisata Brayut, Ngalik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (22/11), merupakan upaya mendobrak pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa musik jazz di Indonesia adalah musik mewah dan hanya diperuntukkan bagi kaum elit.
"Ngayogjazz sejak pertama kali diadakan, selalu berupaya mendobrak pandangan tentang musik jazz di Indonesia, anggapan bahwa musik jazz adalah musik mewah yang hanya diperuntukan untuk kaum elit, dimentahkan di sini," kata Djaduk seperti dikutip dari Antara, Minggu (23/11).
Pada pagelarannya tahun ini, “Ngayogjazz” memberikan ruang leluasa bagi ribuan penonton untuk berinteraksi langsung dan memilih musisi yang diinginkan. Lewat lima panggung yang didirikan di kawasan desa wisata lereng Gunung Merapi, penonton dapat menikmati suasana alam perdesaan asri.
Festival jazz "Ngayogjazz" 2014 menampilkan 44 grup/musisi nasional dan lokal serta musisi dari sejumlah negara.
Beberapa nama yang tidak asing di dunia musik jazz seperti Dewa Budjana, Balawan Trio, Syaharani, dan Frau menjadi magnet tersendiri bagi ribuan penonton yang memadati setiap sudut Desa Wisata Brayut.
Menurut dia, "Ngayogjazz" dengan cara yang cenderung "nyleneh" mengubah musik jazz menjadi musik yang mudah diterima, murah, dan egaliter dalam arti bisa dinikmati siapa saja dan di mana saja bahkan di desa-desa.
"Tema Ngayogjazz 2014 ini adalah Tung tak tung jazz merupakan konsep yang diambil dari bebunyian yang dilisankan dan menggambarkan kegembiraan," kata dia.
Djaduk mengatakan, 2014 merupakan tahun yang penat dengan gejolak politik di Indonesia.
"Tidak ada salahnya jika berhenti sejenak dengan segala aktivitas kemudian bergembira untuk melepas penat," kata dia.
Ia mengatakan pagelaran "Ngayogjazz" 2014 juga berimbas pada perekonomian warga Brayut. Festival yang dihadiri belasan ribu penonton ini telah diserap dan dimaksimalkan oleh warga untuk menambah pendapatan.
Pengelola Desa Wisata Brayut Budi Utomo mengatakan pada 2012 kawasan ini juga pernah menjadi lokasi "Ngayogjazz". Pengalaman pertama tersebut membuat warga sekitar menyambut baik panitia yang kembali mengusulkan digelarnya Ngayogjazz di desa wisata tersebut.
"Warga dalam event ini membuat lahan ekonomi mulai dari parkiran hingga penjual makanan di sekitar lokasi," ujar dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Israel Pada Prinsipnya Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbul...
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Siaran media Kan melaporkan bahwa Israel pada prinsipnya telah menyetujui...