Niasin Tingkatkan Risiko Penderita Kolesterol Tinggi
WASHINGTON , SATUHARAPAN.COM - Studi internasional yang dikeluarkan pada Rabu (16/7), menemukan bahwa niasin tidak mengurangi risiko serangan jantung, atau stroke pada orang dengan kolesterol tinggi, tapi malah meningkatkan risiko kematian.
Untuk itu, kebanyakan orang tidak seharusnya mengonsumsi suplemen yang banyak digunakan, yang dikenal sebagai vitamin B3, menurut sebuah editorial dalam New England Journal of Medicine , yang dipublikasikan bersama dengan hasil uji coba secara acak.
Niasin meraih popularitas selama 50 tahun terakhir dan terutama karena berfungsi meningkatkan tingkat kolesterol HDL (high-density lipoprotein) yang “baik”.
Namun, studi selama empat tahun terhadap orang-orang berusia 50 hingga 80 tahun, yang memiliki kolesterol tinggi, menemukan bahwa asam tersebut tidak memberi manfaat dalam mengurangi tingkat serangan jantung atau stroke.
Studi tersebut melibatkan 25.673 orang, yang semuanya mengonsumsi statin, untuk mengurangi kolesterol mereka. Selain itu, beberapa di antara mereka mengonsumsi niasin dan laropiprant (obat yang mengurangi risiko wajah memerah karena konsumsi niasin dosis tinggi). Lokasi penelitian mencakup Inggris, Tiongkok dan Skandinavia.
Niasin “dihubungkan dengan tren yang kian meningkat terhadap kematian,” ungkap penemuan itu, seraya menambahkan bahwa zat asam tersebut juga, dikaitkan dengan “kenaikan signifikan dalam efek samping yang serius pada masalah hati, infeksi berlebih, pendarahan berlebih, asam urat, hilangnya kontrol gula darah untuk penderita diabetes, dan perkembangan diabetes pada orang orang yang tidak memilikinya saat studi dimulai.”
Donald Lloyd-Jones, ketua pengobatan pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine dan Northwestern Memorial Hospital, mengatakan bahwa sembilan persen peningkatan risiko kematian, yang kian meningkat pada pengguna niasin, menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan bagi pemakaiannya.
“Kemungkinan ada satu kematian, untuk setiap 200 orang yang kami temukan menggunakan niasin,” ungkap Llyod-Jones, yang menulis editorial tersebut di jurnal.
Dengan hasil studi yang demikian , penggunaan niacin merupakan terapi yang tidak dapat diterima bagi sebagian besar pasien. Studi lain terhadap niasin, yang melibatkan lebih dari 3.400 pasien, menemukan bahwa zat itu meningkatkan risiko infeksi, dan juga memberi perlindungan terhadap masalah kardiovaskular, lapor New England Journal.
“Niasin harus diperhatikan karena memiliki profil toksisitas yang tidak dapat diterima bagi sebagian besar pasien, dan suplemen ini tidak boleh digunakan secara rutin,” tulis Llyod-Jones.
Sebaliknya, terapi statin sebaiknya tetap menjadi pendekatan utama, untuk mengurangi kolesterol, dan niasin harus disediakan untuk pasien berisiko tinggi yang tidak dapat menoleransi statin, katanya. (AFP/Ant)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...