NIIS Keluarkan Dokumen Pedoman bagi Perempuan
Perempuan diizinkan menikah pada usia 9 tahun. Pendidikan perempuan sampai usia 15 tahun.
SATUHARAPAN.COM – Militan dari semua kelompok perempuan yang bergabung pada untuk Negara Islam di Timur Tengah merilis pedoman bari perempuan, termasuk mengizinkan perempuan menikah pada usia sembilan tahun, dan boleh mengikuti pendidikan hingga usia 15 tahun.
Dokumen itu dirilis oleh militan Negara Islam atau Islamic State (IS) yang sebelumnya disebut Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS). Dokumen itu diyakini yang pertama pedoman sejenis, yang berjudul: "Perempuan Negara Islam: Manifesto dan Studi Kasus."
Dokumen itu ditulis dalam bahasa Arab, dan baru-baru ini diterjemahkan oleh Quilliam, sebuah kelompok think tank anti terorisme yang berbasis di Inggris.
Dokumen ini ditulis dan disebarkan melalui forum jihad pada bulan Januari oleh sayap media yang diasebut Brigade Al-Khanssaa, sebuah cabang IS yang juga dijuluki sebagai brigade jihad polisi perempuan, menurut Quilliam, seperti dikutip Russia Today.
Dokumen itu menyebutkan bahwa pedoman itu bukan kebijakan resmi Negara Islam, melainkan pedoman yang dikumpulkan oleh pendukung perempuan.
Teks, yang disispi dengan teks-teks keagamaan, dibagi menjadi tiga bagian. Yang pertama adalah bantahan terhadap peradaban Barat, dengan fokus pada pendidikan, ilmu pengetahuan dan feminisme.
Yang kedua menggambarkan kehidupan perempuan di wilayah yang dikuasai oleh jihadis di bagian Suriah dan Irak. Bagian terakhir membandingkan kehidupan perempuan di wilayah IS, mengenai orang-orang di negara-negara Arab, termasuk Arab Saudi.
Peran Perempuan
Manifesto ini menekankan bahwa peran utama perempuan adalah untuk tinggal di rumah dan "tetap tertutup dan terselubung." Dokumen ini mendorong gadis-gadis muda untuk menikah pada usia sembilan tahun, sementara "gadis yang paling murni akan menikah pada usia 16 atau 17 tahun."
Sebuah "pendidikan yang ideal" dengan untuk anak perempuan berusia antara tujuh dan lima belas berisi kurikulum tentang pelajaran agama, merajut dan memasak. Dan kelompok ini mengutuk salon kecantikan, mengenakan pakaian modis dan perhiasan, mencukur dan menindik, dan mengatakan praktik-praktik ini terinspirasi oleh setan.
Mereka juga mencela prestasi ilmiah para ulama Arab dan ilmuwan di negara-negara Barat. Dokumen itu mengatakan "masyarakat Islam yang ideal" harus menjaga diri dari ilmu pengetahuan dan upaya untuk mengungkap rahasia alam.
Menurut Quilliam, dokumen itu dirancang sebagai sarana menggambar perempuan dari negara-negara di kawasan Timur Tengah, khususnya mereka yang ada di negara Teluk, seperti yang tertulis hanya dalam bahasa Arab.
"Kepada mereka yang berdandan secara seksi, para perempuan yang tinggal di wilayah yang disebut khalifah, dokumen ini ditujukan. Perempuan jelas dinyatakan sebagai ibu rumah tangga dan ibu," kata kelompok think-tankitu dalam terjemahannya.
Dokumen tidak menyebutkan salah satu pelanggaran oleh militan jihad terhadap perempuan dan anak-anak yang diculik, diperkosa, disiksa, dan dipaksa untuk masuk Islam.
Quilliam menambahkan bahwa terjemahan ini memberikan wawasan lebih dalam dari propaganda murahan pada media sosial oleh para pendukung IS dari Barat. Hal itu "memungkinkan kita untuk masuk ke dalam pola pikir dari ratusan, mungkin ribuan, perempuan yang rela bergabung dalam jajaran (IS)."
Sebelumnya, Negara Islam merilis sebuah buku panduan untuk ibu-ibu muda dengan "tips" tentang cara membesarkan anak untuk menjadi Mujahid.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...