Nilai Tukar Lira Turki Jatuh, Turis Banjiri Toko-toko Mewah
TURKI, SATUHARAPAN.COM – Para pelancong asing yang sedang berada di Turki ramai-ramai mengunjungi toko-toko yang menjual barang-barang mewah, setelah nilai tukar mata uang negera tersebut jatuh ke titik terendah.
Para turis yang kebanyakan dari negara-negara Arab, tampak memanjang ikut antrean di luar toko Chanel dan Louis Vuitton, di kawasan mewah Istanbul Nisantasi.
Itu terjadi karena mata uang asing yang mereka miliki menjadi lebih berharga setelah nilai tukar lira turun 18 persen di hari Jumat (10/8) lalu.
Harga Menjadi Murah sekali.
Sama seperti para pembelanja lain, Ali membawa koper besar untuk memuat belanjaannya. Dia berada di luar sebuah toko kosmetik membawa tiga koper.
Nilai tukar lira sudah turun sebesar 40 persen terhadap dolar Amerika Serikat tahun ini, di tengah kekhawatiran mengenai kebijakan ekonomi yang dijalankan Presiden Tayyip Erdogan, dan seruannya agar suku bunga diturunkan, dan memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat.
Erdogan juga mendesak warga Turki untuk menyambut kedatangan para turis dengan baik, karena mereka membawa dolar yang diperlukan negara tersebut.
"Kamu sudah ramah namun tetap lanjutkan dan lebih ramah lagi." kata Erdogan kepada para pendukungnya di akhir pekan.
"Karena ketika mereka mengeluarkan dolar, mereka akan memberikanya kepada Anda.”
Menggambarkan penurunan nilai tukar lira sebagai persekongkolan, Erdogan berulang kali menyerukan kepada warga Turki untuk menjual dolar mereka, guna membantu mata uang lokal.
Seorang karyawan di sebuah toko pakaian mewah yang tidak mau menyebut namanya mengatakan, jumlah mereka yang datang berbelanja sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari musim sibuk karena menurunnya nilai tukar lira.
Seorang turis dari Mesir memperkirakan bahwa dia bisa menghemat sekitar $US 1.000 (sekitar Rp 15 juta) dalam bandingannya membeli barang yang sama di negerinya, dengan di Turki sekarang ini.
"Kami berharap mata uang Turki untuk kesejahteraan warga Turki, akan membaik." kata seorang turis lain, Khalid al-Fahad, dari Kuwait.
"Namun dalam waktu bersamaan, kami berharap sebagai turis, nilai lita akan tetap seperti sekarang ini."
Turki Menuduh AS Menusuk dari Belakang
Hari Senin (13/8), Erdogan kembali mengulangi pendapatnya bahwa turunnya nilai tukar lira tidak memiliki alasan ekonomi.
Dia mengatakan, sanksi Amerika Serikat sehubungan dengan pengadilan terhadap Pastor Andrew Brunson di Turki merupakan 'tindakan menusuk dari belakang' oleh Amerika Serikat. Turki menjadi sasaran perang ekonomi, katanya.
"Jelas sekali bahwa serangan ini akan terus berlangsung selama beberapa lama."
Erdogan juga menuduh 'teroris ekonomi' yang berencana menghancurkan Turki, dengan menyebarkan berita buruk dan mereka akan menghadapi tindakan hukum.
Pemerintah Turki sedang melancarkan penyelidikan mengenai siapa saja yang terlibat.
"Ada teroris ekonomi di sosial media," kata Erdogan kepada para dubes Turki yang berkumpul di istana kepresidenan di Ankara.
"Mereka adalah bagian dari jaringan pengkhianat." katanya menambahkan.
Kementerian Dalam Negeri Turki mengatakan, sejauh ini sudah mengidentifikasi 346 akun media sosial, yang berbicara mengenai perubahan kurs yang dikatakan memberikan persepsi negatif mengenai perekonomian Turki.
Dikatakan tindakan hukum akan diambil terhadap mereka namun tidak dijelaskan apa bentuk tindakannya.
Erdogan mengatakan, dia berharap nilai tukar akan kembali ke 'tingkat rasional' dan negara tersebut sudah memiliki rencana tindakan untuk melakukannya. (abc.net.au)
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...