Nilai Tukar Petani Oktober 2015 Naik 0,13 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada bulan Oktober 2015 sebesar 102,46 atau naik sebesar 0,13 persen bila dibandingkan dengan bulan September 2015.
“Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 33 provinsi di Indonesia pada Oktober 2015, NTP secara nasional naik 0,13 persen dibandingkan NTP September 2015 yaitu dari 102,33 menjadi 102,46,” kata Kepala BPS Suryamin saat mengumumkan Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Kantor BPS Jalan Dr. Sutomo Jakarta Pusat, hari Senin (2/11).
“Kenaikan NTP pada Oktober 2015 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi petani.”
Suryamin mengungkapkan kenaikan NTP pada bulan Oktober 2015 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,22 persen,subsektor hortikultura sebesar 0,16 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,14 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,03 persen.
Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah subsektor peternakan sebesar 1,34 persen.
Perbandingan Antar Provinsi
Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, 21 provinsi mengalami kenaikan, sedangkan 11 provinsi mengalami penurunan dan satu provisi cenderung stabil. Kenaikan NTP tertinggi pada Oktober 2015 terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 1,31 persen. Sebaliknya, penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar 1,13 persen.
“Kenaikan tertinggi NTP di Provinsi Bengkulu disebabkan kenaikan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat khususnya komoditi kelapa sawit yang naik sebesar 5,21 persen. Sedangkan penurunan NTP di Provinsi Kepulauan Riau terjadi karena penurunan subsektor hortikultura yang cukup besar khususnya pada komoditi cabai merah yang turun sebesar 5,11 persen,” kata Suryamin.
Inflasi Pedesaan
Secara nasional, pada Oktober 2015 terjadi deflasi pedesaan sebesar 0,04 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks di kelompok bahan makanan sebesar 0,43 persen.
“Dari 33 provinsi yang dihitung Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada Oktober 2015, 17 provinsi mengalami inflasi pedesaan dan 16 provinsi mengalami deflasi pedesaan,” kata Suryamin.
Inflasi pedesaan tertinggi, kata Suryamin, terjadi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 0,68 persen sedangkan deflasi pedesaan terbesar terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,81 persen.
Editor : Eben E. Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...