Nurani Prioritas
Perlu kejujuran untuk memprioritaskan ulang aktivtas kita pada tujuan akhir kita.
SATUHARAPAN.COM – Proyek kereta cepat Jakarta Bandung masih menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Pro dan kontra semakin panas sejak pemerintah melakukan ground breaking proyek tersebut beberapa waktu lalu. Hampir semua lapisan masyarakat ikut serta dalam perdebatan megaproyek ini, mulai dari akademisi, politikus, para pemerhati kebijakan, bahkan tak kalah seru kicauan para netizen di media sosial.
Ada yang memuji keberanian pemimpin negara karena proyek tersebut dianggap terobosan baru dalam sejarah transportasi di nusantara. Dengan sarana transportasi masal nan cepat tersebut disinyalir akan mempercepat putaran roda perekonomian antardaerah. Sebaliknya, ada yang mencibir karena proyek tersebut terkesan dipaksakan alias tidak mendesak untuk dilakukan sekarang. Sanggahan lain menyatakan bahwa investasi megaproyek tersebut akan lebih tepat untuk membangun jalur kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Ada pula yang mengkhawatirkan dampak lingkungan dan risiko kegagalan yang bakalan dihadapi para investor.
Kita pun secara pribadi mungkin tanpa sengaja ikut campur dalam topik hangat tersebut. Baik itu berupa ungkapan langsung di media sosial atau sekedar ocehan melalui suara hati. Kita bisa saja ikut setuju dan kagum dengan proyek tersebut. Atau bisa jadi sebaliknya kita ramai-ramai ikut mencela.
Setuju atau tidak, sangat tergantung dari cara kita memandang. Bahwa kereta cepat tersebut memang perlu ada, bisa jadi kita kita sepakat. Tetapi, apakah itu memang diperlukan sekarang; jawabannya tergantung pada prioritas.
Soal prioritas sudah tidak asing bagi kita semua. Menentukan prioritas sangatlah penting, makanya harus dipikirkan dengan matang sedari awal. Kesalahan dalam menentukan prioritas akan berdampak pada hasil akhir.
Prioritas yang kita buat hendaknya selalu berkait dengan tujuan hidup kita. Menentukan prioritas perlu dimulai dari hal yang sederhana. Contoh sederhana, kalau kita mau sehat sampai tua, mengapa kita tidak punya waktu untuk berolah raga?
Setelah prioritas dibuat, bukan berarti masalah selesai. Pada tahap eksekusi, banyak faktor yang bisa menyebabkan kita tanpa sadar melenceng dari prioritas awal. Dalam perjalanan hidup pribadi atau keluarga, kadangkala kita harus berhenti sejenak untuk memikirkan ulang prioritas hidup. Stop and think! Demikian salah satu istilah manajemen yang kadang dipakai untuk menggambarkan aktivitas penting bagaimana kita perlu melihat ulang prioritas kita.
Diperlukan kerendahan hati untuk melihat ulang prioritas apakah masih sejalan dengan tujuan akhir hidup. Hati nurani kita semestinya jujur memprioritaskan ulang semua aktivitas kita pada tujuan akhir kita.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...