Nyamuk Dengan Parasit Malaria Lebih Tertarik Bau Manusia
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Sebuah studi menunjukkan bahwa nyamuk pembawa parasit malaria lebih tertarik pada bau badan manusia daripada nyamuk yang tidak membawa parasi tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa nyamuk yang terinfeksi tiga kali lebih mungkin terpikat terhadap bau manusia. Diduga kuat bahwa parasit malaria meningkatkan indera penciuman nyamuk. Demikian penelitian yang diterbitkan Jurnal Plos One, dan diberitakan bbc.co.uk, Minggu (19/5).
Dr James Logan, dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine (LSHTM), mengatakan, "Satu hal yang selalu mengejutkan saya tentang parasit adalah betapa pintar mereka. Mereka adalah organisme yang terus berkembang, yang tampaknya selangkah lebih maju dari kita.
Untuk melakukan studi ini, para peneliti menggunakan nyamuk malaria (Anopheles gambiae) yang terinfeksi parasit yang paling mematikan, Plasmodium falciparum. Mereka menempatkan sekitar 100 serangga yang terinfeksi ke dalam wadah, bersama dengan beberapa stocking nilon yang sebelumnya telah dipakai oleh relawan selama 20 jam.
"Ini adalah cara yang sangat efektif untuk mengumpulkan bau badan dan dapat tetap bertahan selama berbulan-bulan," kata Logan. Para peneliti mengulangi percobaan dengan nyamuk yang terinfeksi.
Mereka menemukan bahwa nyamuk pembawa parasit tiga kali lebih tertarik pada bau pada stoking. Para ilmuwan percaya bahwa hal ini terjadi karena organisme parasit kecil memanipulasi penciuman nyamuk inangnya.
Dr Logan mengatakan, "Kami pikir parasit membuat nyamuk lebih sensitif terhadap bau. Kami membuat hipotesa bahwa ada perubahan dalam sistem penciuman nyamuk yang memungkinkan mereka menemukan kami lebih cepat."
Peningkatan kepekaan pada bau manusia itu yang membuat manusia menjadi target yang lebih mudah, dan parasit lebih mungkin untuk diteruskan ke dalam aliran darah, menjamin kelangsungan hidup parasit dan melanjutkan penyebaran penyakit mematikan.
Para peneliti berencana membuat projek tiga tahun, didanai oleh Biotechnology and Biological Sciences Research Council (BBSRC), untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana parasit melakukan hal ini.
Dr Logan mengatakan bahwa pemahaman tentang bagaimana nyamuk yang terinfeksi malaria merespons bau manusia dapat membantu melawan penyakit malaria. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 219 juta kasus malaria pada tahun 2010 dan 660.000 kematian. Afrika adalah benua yang paling terpengaruh penyakit ini. Sekitar 90 persen dari semua kematian malaria terjadi di sana. Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit yang serius di beberapa daerah.
Menurut Logan, jika dapat mengetahui bagaimana parasit mampu memanipulasi sistem penciuman, maka lebih mudah mengidentifikasi nyamuk yang terinfeksi dan dapat meningkatkan efisiensi dengan teknik perangkap.
Editor : Sabar Subekti
Jaktim Luncurkan Sekolah Online Lansia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur meluncurkan Sekolah Lansia Onl...