Obama dan Rouhani Berbicara Lewat Telepon
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berbicara melalui telepon dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, Jumat (27/9). Hal itu merupakan pembicaraan pertama tingkat tinggi antara kedua pimpinan negara setelah lebih dari 30 tahun.
Keduanya berbicara dalam waktu 15 menit. Obama berbicara tentang "kesempatan unik" untuk membuat kemajuan dengan pemimpin baru Iran berkaitan dengan diplomasi atas program nuklirnya.
Sebelumnya, Rouhani mengatakan bahwa Iran tertarik untuk mencapai kesepakatan, dan menegaskan bahwa Iran tidak mencari bom nuklir sebagaimana dituduhkan pihak Barat.
Upaya untuk percakapan dengan Obama dilakukan sebelum Rouhani meninggalkan New York, di mana dia menghadiri pertemuan tahunan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), sebagaimana diberitakan kantor berita Iran IRNA. Sedangkan pejabat Gedung Putih menggambarkan perrcakapan 15 menit itu tampaknya diprakarsai oleh Rouhani.
Tentang Program Nuklir
Dalam percakapan itu, Obama menyuarakan keprihatinan mengenai tahanan Amerika di Iran, namun sebagian besar pembicaraan telepon itu tentang upaya untuk mencapai solusi atas masalah nuklir.
Setelah itu, Obama mengatakan, "Meskipun pasti akan ada hambatan penting untuk bergerak maju dan tidak berarti dijamin akan sukses, saya percaya kita bisa mencapai solusi yang komprehensif."
Rouhani yang dianggap sebagai pemimpin yang moderat dan terpilih pada bulan Juni lalu, mengatakan bahwa dia ingin mencapai kesepakatan atas isu nuklir dalam tiga sampai enam bulan ke depan.
Dia mengatakan bahwa dia didukung sepenuhnya oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk bernegosiasi .
Pada hari Jumat, Raouhani mengatakan dalam konferensi pers di PBB, "Apapun hasilnya, kita mencapai melalui negosiasi, dan pemerintahan saya mendapat dukungan penuh dari semua cabang utama kekuasaan di Iran serta dukungan dari rakyat Iran." (bbc.co.uk)
Kamala Harris: Negara Harus Terima Hasil Pemilu, Mendesak Pe...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Menghadapi penolakan besar-besaran oleh para pemilih Amerika, Kamala ...