Obama Kritik Intoleransi Agama di India
Warga Kristen menuntut jaminan keamanan dan tidak ada diskriminasi. Serangkaian konversi agama secara paksa marak belakangan ini, termasuk serangan pada gereja di India.
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM - Beberapa hari setelah kunjungan ke India, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyampaikan pernyataan yang memalukan bagi India dengan mengatakan bahwa Mahatma Gandhi akan terkejut atas tindakan intoleransi di negara yang terkenal oleh keragamannya itu.
Pernyataan Obama itu pada pertemuan yang disebut ‘’National Prayer Breakfast’’ tahunan di mana presiden berbicara tentang hak-hak asasi dan kekebasan beragama, seperti dilaporkan situs berita Times of India.
Baru-baru ini Obama berkunjung ke India, meskipun ada pujian tentang pluralitas di India, dia menunjuk ada keresahan pemerintahannya tentang kefanatikan dan fanatisme yang muncul di India.
"Michelle dan saya kembali dari India – negeri yang luar biasa, negara indah, penuh keragaman dan megah, tetapi tempat di mana, dalam beberapa tahun terakhir, kepercayaan agama dari semua jenis telah ditargetkan oleh orang dari keyakinan lain, hanya karena keyakinan mereka. Tindakan intoleransi yang akan mengejutkan Gandhiji, orang yang membantu untuk membebaskan bangsa itu," kata Obama dalam pertemuan itu.
Meskipun Obama tidak menyebut agama tertentu, pernyataan itu pasti merujuk pada kebangkitan kelompok Hindu selama masa jabatan pemerintah sekarang, dan banyaknya kasus ekstremisme agama, termasuk konversi paksa ke Hindu oleh pendukung Partai Bharatia Janata yang berkuasa.
Demonstrasi Kristen
Sementara itu, pada hari Kamis (5/2) ratusan demonstran Kristen bentrok dengan polisi di ibu kota India, New Delhi. Mereka menuntut perlindungan pemerintah di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya intoleransi setelah serangkaian serangan terhadap gereja-gereja. Demonstrasi digelar di dekat kantor parlemen dan kediaman Menteri Dalam Negeri, Rajnath Singh.
Saingan politik menuduh penguasa Hindu, Partai Bharatiya Janata mengeksploitasi perpecahan agama dalam pemilihan di negara bagian Delhi pada akhir pekan ini.
Polisi memberlakukan undang-undang darurat yang dikenal sebagai Bagian 144 yang melarang pertemuan. Sekitar 200 polisi ditempatkan di luar katedral sementara beberapa ratus pengunjuk rasa berada di dalam.
"Semua yang kami minta, tetapi apa yang polisi lakukan? Apa yang pemerintah lakukan?" kata salah seorang pengunjuk rasa yang memberikan namanya sebagai Garry. Warga Kristen ingin keamanan, katanya seperti diberitakan Huffington Post.
Rajanath Singh dan akun Twitter mengatakan akan bertemu dengan para pemimpin Kristen pada hari Kamis untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak akan mentolerir diskriminasi.
Dia menambahkan bahwa ia berjanji penyelidikan yang independen atas serangan pada gereja dan mengatakan dia telah meminta polisi untuk menjamin keamanan gereja dan tempat ibadah lainnya.
Lima gereja di ibu kota negara itu dilaporkan dibakar, dirusak, dan terjadi pencurian. Yang terbaru pada hari Senin ketika seseorang mencuri benda ibadah. Pada bulan Desember, sebuah gereja Katolik di utara Delhi dibakar.
Pada bulan itu, seorang menteri BJP, Sadhvi Niranjan Jyoti, mengatakan kampanye pemilu non-Hindu adalah "bajingan." Namun dia kemudian meminta maaf atas pernyataanya.
Perpecahan Agama
Presiden Barack Obama memperingatkan dalama kunjungan ke India pekan lalu bahwa keberhasilan negara itu bergantung pada tidak terbelahnya degara itu oleh garis agama.
Konversi agama telah menjadi isu politik yang memecah belah sejak kelompok garis keras yang memiliki hubungan dengan BJP mengancam dan memaksa orang-orang Kristen dan Muslim untuk mengubah keyakinan mereka menjadi Hindu.
Sekitar seperlima dari penduduk India yang berjumlah 1,27 miliar jiwa mengidentifikasi diri memeluk agama slain Hindu.
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...