Obama: Sektarian dan Senjata Pemusnah Massal Ancaman Perdamaian
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan bahwa konflik sektarian yang kembali muncul dan potensi penyebaran senjata pemusnah masalah telah membayang-bayangi upaya mencapai perdamaian.
“Dan kami akan terus mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia…, karena kami percaya praktik-praktik ini mencapai perdamaian…” kata Obama dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa di New York, Selasa (24/9) pagi waktu setempat atau malam hari WIB.
Dia menegaskan bahwa gerakan damai terlalu sering dijawab dengan kekerasan dari orang-orang menolak perubahan dan dari kelompok ekstrimis berusaha untuk membajak perubahan.
Dalam pidato itu, Obama banyak menyoroti masalah keamanan di Timur Tengah dan Afrika Utara, khususnya tentang Suriah dan digunakannya senjata kimia di sana.
Konflik sektarian dan penggunaan senjata pemusnah massal, kata dia, terlihat menyatu dan lebih kuat dalam konflik di Suriah.
“Di sana, aksi protes damai menentang rezim otoriter dihadapi dengan represi dan pembantaian. Dalam menghadapi pembantaian tersebut, banyak yang mundur ke arah sektarian dengan mereka mengidentifikasi diri sebagai Alawi dan Sunni, Kristen dan Kurdi. Dan situasi berkutat dalam lingkaran perang saudara.”
Dia mengakui bahwa bantuan tidak dapat mengimbangi penderitaan yang terluka dan terlantar, karena proses perdamaian gagal. Amerika dan negara lain telah bekerja untuk memperkuat oposisi moderat, tetapi kelompok-kelompok ekstremis masih berakar untuk mengeksploitasi krisis, kata Obama.
Titik Awal
“Kami percaya bahwa sebagai titik awal, masyarakat internasional harus menegakkan larangan senjata kimia,” kata dia. Dan ditambahkan bahwa bukti penggunaan senjata kimia oleh rezim Bashar Al-Assad di Suriah sudah cukup banyak.
“Buktinya sangat banyak bahwa rezim Assad menggunakan senjata tersebut pada 21 Agustus. Inspektur PBB memberikan perhitungan yang jelas bahwa roket canggih menembakkan sejumlah besar gas sarin pada warga sipil. Roket ini ditembakkan dari kawasan yang dikontrol rezim dan mendarat di lingkungan oposisi,” kata Obama.
Di sisi lain, Obama menyebutkan bahwa AS berkomitmen memberikan bantuan lebih dari US$ 1 milyar (atau sekitar Rp 11,5 triliu) untuk bantuan kemanusiaan bagi Suriah. “Dan hari ini saya bisa mengumumkan bahwa kami akan memberikan tambahan US$ 340 juta (atau sekitar Rp 3,8 triliun).”
Tentang Teroris
Tentang teroris, Obama mengatakan akan membongkar jaringan teroris yang mengancam rakyat. “Jika memungkinkan, kami akan membangun kapasitas mitra kami, menghormati kedaulatan negara, dan bekerja untuk mengatasi akar penyebab teror. Tapi ketika diperlukan, membela Amerika Serikat terhadap serangan teroris, kami akan mengambil tindakan langsung,” kata dia.
“Kita tidak akan mentolerir pembangunan atau penggunaan senjata pemusnah massal. Sama seperti kita mempertimbangkan penggunaan senjata kimia di Suriah menjadi ancaman bagi keamanan nasional kita sendiri, kita menolak pengembangan senjata nuklir yang dapat memicu perlombaan senjata nuklir di wilayah tersebut dan melemahkan rezim nonproliferasi global,” kata dia.
“Sekarang, untuk mengatakan bahwa ini adalah kepentingan inti Amerika, bukan untuk mengatakan bahwa itu hanya kepentingan kami. Kami sangat percaya hal itu adalah kepentingan kami untuk melihat Timur Tengah dan Afrika Utara yang damai dan sejahtera,” kata dia.
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...