Loading...
EKONOMI
Penulis: Bayu Probo 08:06 WIB | Jumat, 10 Oktober 2014

OJK: Seperempat Penduduk Indonesia Paham Tentang Keuangan

Ketua Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional IV Jateng dan DIY Y. Santoso Wibowo (kiri), wakil Kadin Jateng Asri Wibowo (tengah) dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam pembukaan 100% Cinta Indonesia Expo 2014, Semarang, Rabu (1/10). (Foto: ojk.or.id)

SEMARANG, SATUHARAPAN.COM – Seperempat penduduk Indonesia memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan sehingga diharapkan terhindar dari kejahatan penggelapan, salah satunya melalui investasi bodong, kata Ketua Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional IV Jateng dan DIY Y. Santoso Wibowo.

“Dari seluruh penduduk Indonesia, sekitar 21,84 persen sudah tergolong well literate atau memiliki pemahaman yang baik mengenai keuangan,” ujarnya di Semarang, Kamis (9/10).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Bank pada tahun 2011, tingkat literasi di Indonesia ini masih di bawah Filipina yang sudah mencapai 27 persen, Malaysia 66 persen, Thailand 73 persen, dan Singapura 98 persen.

Menurut dia, kondisi tersebut membuat masyarakat Indonesia sering menjadi korban dari penipuan berkedok investasi.

Selain itu, kata dia, rendahnya tingkat literasi keuangan dapat memengaruhi pengelolaan keuangan keluarga, terutama dalam pemenuhan kebutuhan jangka panjang, di antaranya membeli rumah, biaya pendidikan, dan dana pensiun.

“Memiliki literasi keuangan yang baik merupakan hal penting untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Untuk dapat mengelola keuangan dengan baik, tentunya diperlukan pemahaman dan keterampilan,” ia menjelaskan.

Santoso mengatakan bahwa hal tersebut berlaku untuk setiap tingkat penghasilan. Bagaimanapun tingginya tingkat penghasilan seseorang, tanpa pengelolaan yang tepat maka keamanan finansial akan sulit dicapai.

Sejalan untuk mencapai tujuan literasi keuangan yang telah disebutkan sebelumnya, pihaknya mengaku memerlukan bantuan dari masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk menyukseskan tujuan literasi keuangan tersebut.

Sebagai sebuah gerakan pembangunan yang tumbuh dari bawah, dikelola oleh, dari, dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang sejahtera, menurut dia, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan mitra strategis dalam melakukan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan keuangan dan lembaga jasa keuangan.

Selain itu, pihaknya juga berharap sikap kooperatif dari seluruh level masyarakat agar meningkatkan pemahaman mereka mengenai keuangan.

“Dengan demikian, jumlah masyarakat yang sudah well literate bisa kita tingkatkan. Harapannya bisa seperti Singapura yang hampir semua masyarakat memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan sehingga mereka bisa terhindar dari risiko rugi karena tidak memahami kesepakatan dengan lembaga keuangan tertentu,” ia menjelaskan. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home