Okra, Alternatif bagi Penderita Diabetes
SATUHARAPAN.COM – Okra, yang juga dikenal dengan nama lady's finger, atau bamia, sedang jadi buah bibir di kalangan pemburu gaya hidup sehat saat ini.
Okra, yang berasal dari Benua Afrika, tepatnya wilayah Afrika timur laut, memang kurang begitu dikenal di Indonesia. Namun, tanaman ini telah banyak dikenal di sejumlah negara seperti Jepang, Sri Lanka, Filipina, Arab Saudi, bahkan hingga negara-negara di Benua Amerika dan Eropa, sebagai tanaman berkhasiat obat. Okra kini banyak dibudidayakan di daerah yang memiliki iklim tropis dan hangat.
Okra, jenis tanaman berbunga abadi yang termasuk genus Hibiscus dari keluarga Malvaceae (kapas-kapasan), adalah tanaman penghasil serat, yang kaya mineral dan vitamin. Okra mengandung 30 kalori per 100 gram, tanpa mengandung lemak jenuh ataupun kolesterol, menurut data yang dilansir nutrition-and-you.com, sehingga acap direkomendasikan para ahli nutrisi untuk program penurunan berat badan dan penurunan kadar kolesterol.
Dalam situs manfaat.co.id, disebutkan, sebuah studi 2011 yang diterbitkan dalam ISRN farmasi, menunjukkan okra membantu mengurangi penyerapan glukosa, yang pada gilirannya mengurangi kadar gula darah. Para peneliti juga mencatat okra, yang merupakan sumber yang kaya serat, telah digunakan secara tradisional untuk mengelola diabetes. Okra yang memiliki indeks glikemik rendah, juga menjadi pilihan yang baik untuk penderita diabetes, karena memiliki indeks glikemik rendah sekitar 20.
Namun, para ahli kesehatan menganjurkan untuk menghindari konsumsi okra bersamaan dengan konsumsi metforin pada penderita diabetes, karena hal tersebut justru akan menambah kadar gula darah pada si penderita.
Selain berkhasiat membantu menurunkan berat badan, okra yang kaya lendir dimanfaatkan sebagian orang untuk obat mencegah sembelit, menjaga kesehatan mata dan kulit, dan memperkuat tulang dan gigi karena vitamin K yang dikandungnya.
Okra, yang mengandung senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan seperti beta-karoten, xanthin, dan lutein, diyakini dapat membantu melindungi paru-paru. Antioksidan yang terkandung dalam okra juga merupakan salah satu senyawa yang dapat membantu mencegah kanker rongga mulut.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology, seperti dikutip manfaat.co.id, menemukan bahwa ekstrak okra dapat membantu menurunkan kadar kolesterol. Kandungan serat dan manfaat antioksidan seperti katekin, epicatechin, procyanidin, quercetin, dan rutin pada okra dipercaya mampu menurunkan resiko penyakit jantung.
Okra, atau juga dikenal dengan nama okro, punya nama ilmiah Abelmoschus esculentus, Moench. Nama okra dipakai di negara-negara Amerika Serikat, Inggris, dan Filipina. Di negara-negara di Karibia dan Nigeria, tanaman ini dikenal dengan nama okro.
Di negara-negara berbahasa Inggris yang lain, seperti dapat dibaca di Wikipedia, tanaman ini selain dikenal dengan nama ladies' fingers, juga dikenal dengan nama bhendi atau bhindi di Asia selatan, atau juga bamia, ochro, atau gumbo. Masyarakat Bengali menyebutnya dherosh.
Sebagai bahan masakan, resep paling mudah dan dikenal adalah okra goreng, atau memasaknya dengan tomat. Warga Karibia memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan sup, atau diolah dengan ikan. Di Mesir, okra diolah bersama daging domba maupun daging sapi.
Okra juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuat acar.
Daun okra juga bisa dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau dikonsumsi mentah sebagai salad.
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...