Olimpiade 2020, Bagaimana Acara Berlangsung di Tengah Pandemi
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Olimpiade dimulai dengan wabah virus corona dan jeda selama setahun. Dan itu berakhir dengan pandemi virus yang masih terus melanda Jepang dan dunia. Tapi juga ada optimisme untuk mereka akan kembali di Paris, Prancis tahun 2024.
Olimpiade Tokyo, dinamai sebagai Olimpiade 2020, tetapi diadakan pada pertengahan tahun 2021 setelah terganggu selama satu tahun oleh virus corona, dan harus dilaksanakan dengan di stadion yang dikosongkan dari penonton, karena COVID-19. Dan hari Minggu (8/8) malam ditutup.
Upacara penutupan yang meriah dengan tema “Worlds We Share”, sebuah gagasan yang optimis tetapi ironis pada saat manusia menghadapi bencana global, dengan menampilkan segala sesuatu mulai dari sepeda akrobat hingga pertunjukan cahaya yang rumit.
Tampilan itu mencoba menyampaikan “suasana perayaan dan pembebasan” bagi para atlet setelah dua pekan pertandingan yang menegangkan. Dan pertunjukkan itu dilanjutnya penampilan di Prancis, dalam acara langsung, menandai Paris, tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2024.
Mungkin ini akan menjadi Olimpiade yang unik yang pernah tercatat menutup buku mereka untuk selamanya. Olimpiade yang diselenggarakan di tengah pandemi yang bangkit kembali, ditolak oleh banyak orang Jepang, padahal biasanya adalan acara yang paling ditunggu, dan diganggu oleh masalah administrasi selama berbulan-bulan.
Olimpiade ini menghadirkan hambatan logistik dan medis yang tiada duanya, mengajukan percakapan yang serius tentang kesehatan mental, dan, jika menyangkut olahraga, menyampaikan keduanya kemenangan dan beberapa kekurangan yang mengejutkan.
Sejak awal, ekspektasinya bisa dibilang lumayan, dan paling buruk ada kemungkinan apokaliptik. Bahkan Thomas Bach, presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), mengatakan dia khawatir bahwa ini bisa "menjadi Olimpiade tanpa jiwa." Tapi, katanya, "apa yang kita lihat di sini benar-benar berbeda."
“Kamu lebih cepat, kamu naik lebih tinggi, kamu lebih kuat, karena kita semua berdiri bersama, dalam solidaritas,” kata Bach kepada para peserta Olimpiade saat dia menutup Olimpiade.
“Ini bahkan lebih luar biasa mengingat banyak tantangan yang harus Anda hadapi karena pandemi. Di masa-masa sulit ini, Anda memberi dunia hadiah yang paling berharga: harapan.”
“Untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai,” katanya, “seluruh dunia bersatu.”
Dia sedikit melebih-lebihkan, mungkin. Di Olimpiade ini, bahkan kata "bersama" terasa aneh, karena penonton dijauhkan dari lapangan. Sebuah tambal sulam aturan membuat atlet harus memakai masker dan terpisah untuk sebagian besar upacara medali.
Namun, Olimpiade ini berlangsung, dan masih beraharap bahwa ajang oleg raga ini tidak menjadi ajang penyebaran COVID-19. Dan banyak yang menyaksikan bahwa itu menandai protokol kesehatan yang diberlakukan ketat yang membuat semua itu terjadi.
Juga ini diharapkan terjadi pada Paralimpiade yang berlangsung 24 Agustus hingga 5 September mendatang.
LIHAT PEROLEHAN MEDALI OLIMPIADE 2020 DI TOKYO, KLIK DI SINI!
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...