Olimpiade: Dua Anggota Tim Uganda Positif COVOID-19, Satu Sedang Dicari
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Pejabat lokal di Jepang sedang mencari seorang atlet Uganda yang hilang di Jepang barat pada hari Jumat (16/7) dalam sebuah kasus yang menimbulkan pertanyaan atas pengawasan penyelenggara terhadap peserta Olimpiade di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona.
Pria berusia 20 tahun yang hilang itu sedang berlatih sebagai bagian dari tim Uganda yang beranggotakan sembilan orang di Izumisano, Prefektur Osaka, kata pejabat kota.
Rekan satu tim menyadari bahwa atlet tersebut tidak hadir hari Jumat siang ketika sampel tes air liurnya tidak dikirim dan mereka menemukan kamar hotelnya kosong, kata pejabat kota. Tidak ada pelatihan pada Jumat pagi, dan dia terakhir terlihat di kamarnya pada dini hari Jumat.
Setelah gagal menemukannya di dalam hotel, para pejabat memberi tahu polisi untuk pencarian yang lebih luas. Tidak ada pemantauan 24 jam di hotel, dan kapan tepatnya atau bagaimana dia keluar dari hotel tidak diketahui, kata para pejabat.
Olimpiade yang tertunda pandemi dimulai pada 23 Juli meskipun ada kekhawatiran tentang meningkatnya infeksi COVID-19 di Tokyo. Kota tuan rumah pada hari Jumat melaporkan 1.271 kasus baru, setelah mencapai level tertinggi enam bulan di 1.308 sehari sebelumnya.
Tim Uganda telah tampil sebelumnya dalam sistem kesehatan dan pengawasan Jepang.
Setibanya mereka pada 19 Juni di Bandara Internasional Narita, seorang anggota tim dinyatakan positif dan dikarantina di sana, sementara delapan anggota lainnya diizinkan melakukan perjalanan lebih dari 500 kilometer (300 mil) dengan bus sewaan ke Izumisano, kamp untuk pra Olimpiade di prefektur Osaka.
Beberapa hari kemudian, orang kedua tim dari Afrika Timur dinyatakan positif terkena virus, memaksa tujuh pejabat kota dan pengemudi yang memiliki kontak dekat dengan tim untuk mengisolasi diri. Pejabat kesehatan mengatakan kedua orang Uganda yang terinfeksi memiliki varian delta.
Kedua anggota tim telah mengakhiri persyaratan karantina mereka dan tim telah berlatih sejak 7 Juli.
Kasus ini mendorong pihak berwenang Jepang untuk meningkatkan kontrol perbatasan dan mengubah kebijakan isolasi untuk mewajibkan seluruh kelompok dikarantina di area bandara ketika ada anggota yang dinyatakan positif.
Sementara pejabat Jepang telah mewajibkan penggunaan aplikasi kesehatan dan lokasi, dan membatasi aktivitas dalam "gelembung" untuk sepenuhnya mengisolasi atlet dari publik Jepang, pelanggaran telah dilaporkan.
Monitor yang dijanjikan sebelumnya oleh Menteri Olimpiade, Tamayo Marukawa, belum terlihat beroperasi di sejumlah hotel. Marukawa mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa dia meminta penyelenggara untuk memperkuat tindakan dan meningkatkan staf pengawasan di hotel untuk memastikan aturan dipatuhi. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...