Ombudsman: Wacana Full Day School, Mendikbud Genit
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komisioner Ombudsman Republik Indonesia (ORI) La Ode Ida menilai wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menggagas sistem full day school untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta tidak tepat.
“Mendikbud harus beri contoh mendidik. Baru dilantik sebagai Mendikbud gantikan Anies Baswedan, Muhadjir tiba-tiba dengan genitnya mewacanakan program sekolah sehari penuh (full day school)," kata La Ode Ida kepada satuharapan.com dalam pesan singkatnya di Jakarta, hari Rabu (10/8).
Gebrakan seperti ini merupakan suatu 'kegenitan' pejabat baru yang tidak mempertimbangkan berbagai efek negatif yang akan dialami siswa jika itu diterapkan.
Menurut La Ode, wacana mantan Rektor kelima Universitas Muhammadiyah Malang ini mungkin sebagai reaksi semangatnya usai dilantik menjadi Menteri tanpa terlebih dahulu mengkajinya secara komprehensif. Ini artinya Sang Menteri Pendidikan tidak memberi teladan kehati-hatian dalam berucap akibat dari semangat untuk sensasi program “asal beda”.
“Full day school jelas akan berdampak negatif bagi fisik dan psikis anak,” kata dia.
Secara fisik, kata La Ode anal akan letih karena menjalani aktivitas dalam sehari penuh, yang secara langsung pula akan berimplikasi pada kejiwaan anak-anak. Apalagi secara psikologis mereka masih dalam taraf 'banyak menikmati bermain', sudah pasti akan mengalami stres tersendiri.
“Ini artinya, kebijakan itu berpotensi melanggar hak azasi anak-anak dalam proses tumbuh kembang yang wajar,” kata dia.
Menurut La Ode kebijakan full day school, jika dipaksakan, akan secara langsung mengurangi porsi interaksi anak-anak dengan pihak orang tua atau keluarga di rumah.
Selain itu, program full day school ini akan mengurangi peran orang tua dalam menanamkan atau mewariskan nilai-nilai kebaikan melalui interaksi yang intens dengan anak.
La Ode berpendapat akan lebih produktif jika Mendikbud baru ini membuat program yang menghubungkan antara sekolah, keluarga dan lingkungan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak-anak sekolah.
Sebab fakta selama ini memang terjadi kecenderungan lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah tak pernah ada program sistematis untuk menjadikan nilai-nilai pendidikan di sekolah dan atau nilai-nilai moral dalam keluarga disinergikan dengan aktivitas positif di lingkungan tempat tinggal anak-anak itu.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...