Operasi Mosul, ISIS Bisa Sandera Warga
SATUHARAPAN.COM - Pasukan keamanan Irak yang didukung oleh pasukan koalisi internasional telah menyerang untuk merebut kota Mosul, pertahanan terakhir kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS / ISIS) di Irak pada Senin (17/10) dini hari. Diperkirakan ini akan menjadi pertempuran besar-besaran dan akan sangat berdarah. Dan yang paling memprihatinkan adalah kemungkinan jatuhnya korban di kalangan warga sipil.
ISIS melakukan serangan pada pertengahan tahun 2014 ke Irak utara dan Suriah utara dan menguasai wilayah yang luas di kedua negara itu. Kemudian pemimpinnya, Abu Bakr Al-Baghdadi, mendeklarasikan kelompoknya sebagai Negara Islam, namun tidak diakui oleh dunia, dan juga kalangan Muslim.
ISIS membangun kekuatan dengan menguasai berbagai sumber minyak, perdagangan gelap, dan uang tebusan bagi sandera, serta masuknya jihadis dari berbagai negara. Namun kelompok ini belakangan makin terjepit di wilayah utara Suriah dan Irak akibat serangan gencar oleh pasukan Irak, Suriah, dan pasukan Kurdi, Pesmergha.
Serangan kali ini oleh pasukan pemerintah Irak dan Pesmergha juga didukung oleh koalisi internasional anti ISIS. Meskipun ada 60 negara tergabung dengan koalisi itu, mereka yang mendukung dengan serangan udara hanyalah Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Kanada, Australia, Jerman, Belgia, Belanda, Italia, Spanyol, Norwegia, Denmark, dan Selandia Baru.
Yang harus menjadi perhatian besar dalam operasi ini adalah nasib warga sipil di tengah perang ini. Diperkirakan kali ini ISIS akan mengalami kekalahan besar, bahkan ada yang menyebutnya akhir bagi kelompok ini. Namun, sebagaimana dinyatakan oleh PBB dan berbagai negara sebagi organisasi, kelompok ini akan habis-habisan bertempur dan mengandalkan kekuatan terbesar dan pamungkasnya pada ‘’penyanderaan’’ warga sipil.
1 Juta Warga Sipil
Berbagai sumber mengatakan bahwa ada ratusan ribu sampai satu juta warga sipil di kota Mosul sekarang ini, dan mereka bisa terjebak di tengah pertempuran. Mereka bisa menjadi korban dan bahkan sebagai target oleh penembak jitu. Serbuan oleh ISIS di Irak sudah menyebabkan sekitar tiga juta warga sipil Irak menjadi pengungsi. Dan pertempuran kali ini diperkirakan akan mendorong gelombang pengungsian makin besar.
Menurut perkiraan PBB, pertempuran itu yang belum diketahui akan berlangsung berapa lama, mungkin akan membuat sekitar satu juta warga Mosul kehilangan tempat tinggal. Dan ini berarti operasi merebut kermbali Mosul harus meliputi juga operasi kemanusiaan bagi warga sipil. Bahkan operasi kemanusiaan ini menjadi penting bukan hanya untuk menang dalam pertempuran di Mosul, tetapi untuk kemenangan melawan ISIS.
Berbagai lembaga kemanusiaan internasional, dan terutama di Irak, sudah menyerukan hal ini sejak rencana merebut Mosul itu muncul dipublik. Dan operasi kemanusiaan ini menjelang dan selama pertempuran adalah untuk memberi akses warga sipil keluar dari kota itu, dan dari medan pertempuran untuk menyelamatkan diri.
Yang sedikit melegakan adalah sejumlah lembaga kemanusiaan, termasuk World Vission, Save Children, Oxfam, UNHCR dan badan kemanusiaan PBB yang bekerja di Irak sudah berusaha untuk mengantisipasi pengungsi warga sipil ini. Kondisinya akan cukup berat karena wilayah itu juga memiliki banyak pengungsi, dan musim dingin sudah cukup dekat.
Pasukan Irak juga telah beberapa kali menyebarkan pamflet yang memberi tahu warga sipil cara untuk keselamatan diri dan menghindari pertempuran. Sayangnya kelompok ISIS di sana mengancam membunuh mereka yang mengambil selebaran yang dijatuhkan dari pesawat udara. Belum jelas seberapa efektif selebaran itu, atau juga ancama ISIS.
Terjebak Pertempuran
Kekhawatiran terbesar tentang jatuhnya korban di kalangan warga sipil dalam pertempuran di Mosul adalah warga sipil terjebak di medan pertempuran karena ditahan oleh ISIS. Mereka dijadikan oleh kelompok jihadis ini sebagai perisai hidup, seperti pada sejumlah pertempuran di mana ISIS terdesak, baik di Irak maupun di Suriah.
Ketika ISIS tidak dapat berlindung hanya pada bangunan-bangunan sebagai benteng pertahanan, mereka akan menggunakan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak sebagai perisai hidup. Bahkan mereka akan berlindung di tempat warga sipil berlindung, dan naif untuk mengharapkan mereka menghormati konvensi internasional tentang perang.
Indikasi ini terlihat dari banyak warga Mosul yang berusaha melarikan diri, tetapi ditahan oleh jihadis ISIS. Warga sipil di sekitar mereka adalah kekuatan utama kelompok teroris untuk menyamar, menyerang dan bertahan, selain ideologi kekerasan dan senjata yang dimiliki. Memisahkan warga dari kelompok teroris adalah ‘’pertempuran’’ strategis untuk menang perang.
Operasi ini menjadi makin sulit dan mengandung risiko jatuhnya banyak korban warga sipil. Situasi ini akan membuat operasi membebaskan Mosul dan operasi kemanusia di medan pertempuran kota menjadi sangat kompleks. Bahkan bagi pasukan Irak menjadi tidak lebih mudah ketimbang ketika membebaskan kota Tikrit, Ramadi dan Falujah.
ISIS Akan Menyamar?
Kekalahan ISIS di Mosul kemungkinan bukan akhir dari kelompok teroris ini. Kemungkinan mereka akan melarikan diri bergerak ke barat masuk ke kota Raqqa di Suriah utara, yang merupakan benteng utama mereka di sana. Namun jalan ini akan dihadapi dengan pertempuran yang berat juga, karena akses ke wilayah itu telah banyak yang dikuasai oleh pasukan pemerintah, pasukan kelompok Kurdi atau pemberontak Suriah.
Ada dugaan bahwa jihadis ISIS juga akan mencari peluang untuk melarikan diri ke Afrika Utara. Mereka akan bergabung dengan jihadis ISIS yang ada di Libya, atau bergabung dengan kelompok Boko Haram di Nigeria dan Al Shabaab di Somalia. Dan pilihan lainnya adalah bergabung dengan kelompok teroris di Yaman atau di negara lain.
Mereka kemungkinan akan keluar dari Mosul dengan mengelabuhi musuh dan ‘’menyamar’’ sebagai warga sipil dan menjadi pengungsi. Cara ini juga dilakukan oleh sejumlah jihadis yang kemudian menjadi tersangka yang berencana melakukan serangan teror di beberapa kota di Eropa. Mereka kemudian diketahui masuk benua itu dengan menyamar sebagai pengungsi.
Di sisi lain, ISIS menggunakan sentimen konflik Syiah-Sunni di Irak untuk memperkuat diri dan penyamaran ketika situasi sangat terdesak dan kekalahan ada di depan mata. Situasi ini yang membuat Mosul menjadi benteng penting ISIS di Irak, dan pasukan pemerintah harus berhitung betul dalam pembebasan kota ini.
Perang Melawan Terorisme
Keberhasilan penyamaran jihadis ISIS akan menjadi bahaya sendiri bagi keamanan dunia, karena mereka beroperasi di banyak wilayah. Dan hal ini membuktikan bahwa kekuatan kelompok ini (yang telah dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh berbagai negara dan PBB) adalah dengan memanfaatkan dan‘’menyandera’’ warga sipil, untuk melindungi diri mereka.
Keberadaan warga sipil Mosul adalah ‘’tiket utama’’ mereka lolos dari Mosul dengan menyamar dan melanjutkan serangan di tempat lain. Hal ini akan bisa diatasi melalui operasi kemanusiaan yang paralel dengan operasi militer. Operasi kemanusiaan bukan hanya menampung warga sipil korban perang, dan menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan, tetapi juga ikut mengidentifikasi dan membedakan warga sipil dan jihadis ISIS.
Operasi ini sangat membutuhkan dukungan warga sipil yang berani untuk menanggalkan ‘’bulu domba’’ dari ‘’para serigala’’ ISIS. Ini agar mereka tidak lolos untuk melakukan serangan lanjut atau bebas dari tanggung jawab hukum atas pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan kelompok ini. Maka operasi kemanusiaan juga harus meliputi perlindungan bagi warga sipil dan pengungsi yang memberi infoprmasi penting.
Sekalipun Mosul bisa dibebaskan dari ISIS, jika ada militan ISIS yang lolos, maka Irak harus menghadapi serangan teror lain. Berbagai serangan teror mematikan di Irak, termasuk beberapa kali yang terjadi di Baghdad dan Karbala, adalah kenyataan bahwa jihadis ISIS telah menyusup di masyarakat.
Pembebasan Mosul bisa menjadi simbol penting dalam proses perubahan politik di Irak. Capaian ini juga memiliki arti penting bagi AS, terutama karena tanggung jawabnya setelah menggulingkan rezim Saddam Hussein. Bahkan juga kemenangan bagi koalisi internasional anti ISIS.
Namun bila operasi kemanusiaan itu hanya pelengkap dari operasi militer di Mosul, maka masih akan ada pertempuran besar melawan teroris. Apalagi para pihak telah menyiapkan argumentasi bahwa jatuhnya korban sipil sebagai risiko yang tak terelakkan. Operasi pembebasan Mosul haruslah bagian perang melawan organisasi teroris, dan langkah awal untuk ''perang'' yang lain.
Dari catatan perang anti teroris selama ini, kegagalan dan keberhasilan bergantung pada hasil upaya memisahkan atau mengisolasi kelompok teroris dari masyarakat, dan terutama terkait penyebaran ideologi. Ketika kelompok teroris mendapatkan tepat di masyarakat, maka perang akan menjadi panjang dan ‘’mahal.’’
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...