Oposisi Kritik Turki Membuat Musuh di Timur Tengah
ANKARA, SATUHARAPAN.COM-Pemimpin partai oposisi utama Turki, Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu, mengkritik kebijakan luar negeri pemerintah dan mendesak "kebijakan luar negeri yang lebih berorientasi perdamaian" yang didasarkan pada peran Turki sebagai mediator di Timur Tengah.
“Kita perlu membuat kebijakan luar negeri yang berorientasi pada perdamaian. Apa manfaatnya dari kebijakan di Suriah? Sekarang, lebih banyak saudara dan saudari kita berasal dari Idlib. Apa bagusnya yang kita lakukan?” Kata Kilicdaroglu, hari Rabu (15/1) seperti dikutip media setempat, Hurriyet.
Pernyataan ketua CHP tersebut disampaikan dalam pertemuan dengan para kepala daerah di Konya, Provinsi Anatolia Tengah. Kilicdaroglu mengatakan bahwa ia menerima kritik atas kebijakan luar negeri pemerintah di Suriah dan khususnya di Idlib.
“Saya katakan, kita harus mengirim orang-orang Suriah kembali ke negara mereka dan mereka menjadi marah. Warga saya menganggur, mereka berada dalam situasi yang menyedihkan,” katanya.
Kilicdaroglu juga menyatakan bahwa mengizinkan paling banyak satu juta pencari suaka ke negara itu tidak akan menjadi masalah. "Tapi ada 6,3 juta pengungsi Suriah di Turki." “Kemana negara ini pergi? Jumlah migran terlalu tinggi,” tambahnya.
Mengenai sikap Turki terhadap Libya, pemimpin CHP mengatakan bahwa Ankara telah menjadi "alat" bagi hegemoni dunia. “Mereka marah pada (Presiden Suriah, Bashar al-) Assad dan menggunakan kami. Sekarang, mereka bertempur di Libya dan berkata, 'Kamu berurusan dengan api' kepada kami. Kenapa kita harus begitu?” katanya.
“Apakah ada PBB dan misi perdamaian? Ya, jadi, mereka harus pergi (ke Libya),” tambahnya.
Menggarisbawahi bahwa Turki selalu "berada di puncak" di kawasan itu, Kilicdaroglu mengatakan bahwa negara-negara bermasalah di Timur Tengah selalu datang ke Ankara untuk meminta nasihat.
Dia mengatakan bahwa Turki mengatakan menghadapi “beban berat" sebelumnya, tetapi sekarang negara itu menjadi "musuh" bagi negara-negara di kawasan itu. "Mengapa kita membuat musuh di mana kita bisa berteman?"
“Saya mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian seharusnya ada (di Libya), tetapi mereka marah, (karena) PBB tidak mengakui sisi Haftar. (Maksudnya komandan militer Khalifa Haftar yang berpusat di timur-Red.). Anda mengundang PBB, terlepas dari pengakuan dan berkata, "Darah Muslim tidak boleh ditumpahkan di sini'," katanya.
Pemimpin CHP juga mengecam pemulihan hubungan Ankara baru-baru ini dengan Moskow, dengan mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, berdampak pada kebijakan luar negeri Turki. "Turki tidak bisa menentukan kebijakan luar negerinya," tambahnya.
Kilicdaroglu juga menyampaikan pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu di mana ia bertanya apakah akan ada gelombang migrasi dari Libya jika terjadi peningkatan ketegangan di negara yang dilanda perang. "Dia berkata, ya, akan ada." “Kita harus duduk dan berpikir. Apakah Turki dapat mengatasi semua masalahnya,” tambah Kilicdaroglu.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...