Oposisi Rusia, Navalny, Berencana Kembali ke Moskow
BERLIN, SATUHARAPAN.COM-Kritikus pemerintah Rusia terkemuka, Alexei Navalny, berencana terbang pulang ke Rusia pada Minggu (17/1) ini setelah pulih di Jerman dari sakit akibat keracunan agen syaraf pada Agustus.
Navalny hari Rabu (13/1) mengumumkan bahwa dia akan kembali, meskipun pihak berwenang Rusia mengancam untuk memenjarakannya lagi. Dia diharapkan terbang dari Berlin ke Moskow. Pada hari Kamis (14/1), layanan penjara Rusia mengatakan bahwa dia akan segera ditangkap begitu dia kembali.
Navalny, yang menyalahkan keracunannyaterhadap penguasa Kremlin Rusia, menuduh bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, sekarang berusaha mencegahnya pulang dengan mosi hukum baru. Kremlin telah berulang kali membantah berperan dalam peracunan pemimpin oposisi.
Pada akhir Desember, Dinas Penjara Federal Rusia, FSIN, memperingatkan Navalny bahwa ia menghadapi hukuman penjara jika ia gagal untuk segera melapor ke kantornya sejalan dengan ketentuan penangguhan hukuman dan masa percobaan yang ia terima untuk vonis pada 2014 atas tuduhan penggelapan dan pencucian uang.
Navalny menolak karena hukuman itu bermotif politik, dan Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia telah memutuskan bahwa hukumannya melanggar hukum.
FSIN mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Navalny setelah dia gagal melapor ke kantornya. Layanan penjara, yang telah meminta pengadilan Moskow untuk mengubah hukuman percobaan 3,5 tahun menjadi hukuman nyata, dan mengatakan "berkewajiban untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menahan Navalny sambil menunggu keputusan pengadilan."
Rusia Menolak Penyelidikan
Navalny mengalami koma saat naik pesawat pada penerbangan domestik dari Siberia ke Moskow pada 20 Agustus. Dia dipindahkan dari rumah sakit di Siberia ke rumah sakit Berlin dua hari kemudian.
Laboratorium di Jerman, Prancis, dan Swedia, dan tes oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), menetapkan bahwa ia terpapar zat racun saraf Novichok yang digunakan di era Uni Soviet.
Pihak berwenang Rusia bersikeras bahwa para dokter yang merawat Navalny di Siberia sebelum dia diterbangkan ke Jerman tidak menemukan jejak racun dan telah menantang pejabat Jerman untuk memberikan bukti keracunannya. Mereka menolak untuk membuka penyelidikan kriminal secara lengkap, dengan alasan kurangnya bukti bahwa Navalny diracun.
Bulan lalu, Navalny merilis rekaman panggilan telepon yang dia lakukan kepada seorang pria yang dia gambarkan sebagai tersangka anggota sekelompok perwira Dinas Keamanan Federal, atau FSB, yang konon meracuninya pada bulan Agustus dan kemudian mencoba menutupinya. Pihak FSB menolak rekaman itu, dan menyebutnya sebagai palsu. (AP)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...