Orang Tua Perlu Pola Asuh Tepat dalam Mendidik Anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Psikolog keluarga Ketti Murtini mengatakan orang tua perlu mendidik anak dengan kasih sayang yang tepat agar sang buah hati dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki konsep diri dan karakter yang baik.
"Dampingi tumbuh kembang anak dengan kasih sayang yang tepat, puji anak jika melakukan kebaikan, beri hukuman yang mendidik jika melakukan kesalahan," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat (22/7).
Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah Cabang Barlingmascakeb itu menambahkan, cara orang tua dalam menerapkan konsep pemberian penghargaan dan hukuman harus dilakukan dengan seimbang dan ditetapkan berdasarkan diskusi dengan anak.
"Jangan memberikan penghargaan dan hukuman yang berlebihan, lakukan dengan tepat dan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan psikologis anak," katanya.
Dengan pola asuh yang tepat, kata dia, maka diharapkan anak akan bertumbuh dan berkembang dengan karakter yang kuat namun penuh dengan cinta kasih.
"Hal ini sangat penting sehingga anak tidak tumbuh menjadi pelaku kekerasan atau perundungan," katanya.
Bahkan, dengan pola asuh yang mengedepankan konsep pemberian kasih sayang yang tepat, kata dia, anak juga diharapkan tidak tumbuh menjadi individu dengan konsep diri yang rendah.
"Ini juga sama pentingnya, agar anak tumbuh menjadi karakter yang kuat hatinya dan dapat terbentuk mentalnya, sehingga anak mampu menguasai keadaan saat menjadi korban perundungan," katanya.
Untuk mendukung pembentukan mental anak agar tidak menjadi pelaku perundungan dan agar kuat hatinya saat menjadi korban perundungan, kata dia, orang tua dan sekolah perlu mengarahkan anak sejak dini.
"Misalkan anak diajak untuk mengikuti kegiatan yang bisa mengembangkan diri dan bersosialisasi, ajak anak untuk berani menyampaikan ide dan pendapatnya," katanya.
Selain itu, kata dia, orang tua juga perlu memberi anak banyak kesempatan dan bukan larangan, meskipun hasilnya kurang sempurna.
Dengan pola asuh yang tepat yang dimulai dari keluarga dan juga sekolah, kata dia, diharapkan akan dapat meminimalisir praktik perundungan.
"Pencegahan terhadap praktik perundungan sangat diperlukan karena dikhawatirkan dapat membawa dampak psikologis yang berat bagi korban terutama jika korban memiliki konsep diri yang rendah atau lemah hati atau memang mempunyai 'kekurangan'," katanya.
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...