Orang Tua Sang Inspirator
SATUHARAPAN.COM-Ada pepatah lama mengatakan “satu keteladanan lebih berharga dari sejuta nasihat”
Mungkin banyak orang mengira kelakuan atau gaya hidup seseorang bersifat genetika. Belum ada rumusan ilmiah resmi yang mengatakan demikian. Seorang pemabuk bisa saja memiliki anak yang suka minum-minuman keras bukan karena faktor keturunan, namun bisa saja si anak merekam kelakuan orang tuanya sejak ia kecil dan kemudian dia tiru dan lakukan.
Seorang yang rajin beribadah memiliki anak yang rajin beribadah pula, bukan karena faktor keturunan, namun lebih dominan karena semenjak kecil ia meneladani gaya hidup orang tuanya. Maka pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” lebih tepat digunakan dalam relasi keteladanan.
Keteladanan ternyata bukan tentang kemampuan untuk menasihati atau memotivasi seseorang. Keteladanan berasal dari kata teladan. Menurut KBBI teladan berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya). Maka secara sederhana keteladanan berarti mentransfer contoh baik kepada orang lain dengan perbuatan langsung.
Maka apa yang orang tua lakukan itu menjadi role model atau keteladanan praktis bagi anaknya. Orang tua mesti berhati-hati berbicara, bersikap, bertindak di depan anaknya. Karena itu menjadi inspirasi baginya. Maka tidak usah heran, gaya bicara, gaya duduk, atau bahkan gaya jalan seorang anak terinspirasi dari gaya orang tuanya.
Hindari menyebar hal buruk semisal makian bahkan ketika marah sekalipun. Bisa saja kelak anak akan bertumbuh menjadi pemarah dan pemaki. Sebab bagi anak, orang tua adalah inspirasi fundamental bagi tumbuh kembangnya. Bentuk interaksi dan relasi di dalam keluarga ketika ia kecil hingga beranjak dewasa bisa saja memengaruhi interaksi dan relasinya kelak di masa kedewasaannya.
Nasihat bisa saja mengubah orang, namun keteladanan bisa melekat dengan sendirinya bagi seseorang. Orang tua bukan hanya sekadar motivator yang sangat kaya akan kata-kata serta berusaha semaksimal mungkin agar anak mengikuti perkataannya. Namun lebih dari itu, orang tua adalah inspirator yang, sadar atau tidak dan sengaja atau tidak, bisa menjadi acuan bagi anak untuk bertindak dan mengambil keputusan dalam hidupnya. Orang tua bisa menjadi inspirator yang berhasil, jika mampu menjadi idola yang menyenangkan bagi anak, yang tanpa berbicara pun bisa membuat anak terpengaruh untuk berbuat.
Menasihati anak untuk rajin belajar sejak masa kecilnya bukan semata dengan kata-kata “belajar sana, biar kamu pintar!” Membuat anak rajin belajar bisa dilakukan dengan mengajak anak belajar bersama, membuka buku bersama, atau bahkan berdiskusi bersama tanpa harus mengatakan “biar kamu pintar!”.
Orang tua yang tampil sebagai inspirator, tanpa banyak bicara, mampu membuat anak terdorong lalu bergerak dengan motivasi yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri. Orang tua yang menunjukkan semangat pantang menyerah dalam memperbaiki kehidupannya, cenderung akan mewariskan semangat yang sama bagi anak-anaknya. Orang tua yang menunjukkan cinta kasih dan relasi anti diskriminatif, bisa saja akan menjadikan anak bertumbuh menjadi manusia yang toleran dan mengasihi sesamanya.
*Penulis adalah pemerhati komunikasi, literasi dan parenting.
Editor : Sabar Subekti
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...