Orangtua Korban Boko Haram Jalani Terapi Sembuhkan Trauma
NIGERIA UTARA, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah orangtua yang anaknya menjadi korban kelompok ekstremis Boko Haram (gadis Chibok) mendapat bantuan untuk menjalani terapi dan pengobatan psikologis yang diselenggarakan lembaga pelayanan dan advokasi hak kebebasan beragama Kristen, Open Doors.
Seperti diberitakan Christian Today, pada hari Selasa (6/9), lembaga tersebut dalam memberi pelayanan di Nigeria bagian Utara telah memberi dukungan kepada lebih dari 200 orangtua.
Menurut Presiden Open Doors wilayah Inggris dan Irlandia, Eddie Lyle, aktivitas tersebut diperkirakan akan berlangsung di Nigeria bagian Utara selama lebih dari enam pekan. Lyle mengharapkan terapi dan penyembuhan dari trauma tersebut mendapat dukungan banyak pihak, dan bermanfaat.
Lyle menambahkan umat Kristiani di dunia mendukung orangtua dari gadis-gadis Chibok tersebut agar tetap tabah dalam menanti anak-anak mereka yang saat ini dalam cengkeraman Boko Haram. “Ada salah satu orangtua, yang bertanya kepada saya tentang nasib gadis-gadis tersebut,” kata Lyle.
Lyle mengatakan salah satu orangtua tersebut, yang bernama Yunus, menceritakan bahwa istrinya setiap malam tidak henti-hentinya menangis karena anaknya merupakan salah satu dari ratusan gadis Chibok yang diculik pada 2014 tersebut. “Tuhan Yesus menyertai penderitaannya,” kata Lyle.
Open Doors, kata Lyle, merupakan sebuah lembaga yang selalu mengajak orangtua korban Boko Haram tersebut untuk berdoa, bukan organisasi yang menyediakan keajaiban.
“Kami tidak menyediakan jawaban instan, tetapi Tuhan Yesus yang akan memberi penguatan dan optimisme bagi kita semua,” kata Lyle.
Dukungan Pembebasan Gadis Chibok
Beberapa tokoh dunia sejak 2014 telah menyerukan pembebasan ratusan gadis Chibok yang ditawan Boko Haram, antara lain Ibu Negara Amerika Serikat (AS), Michelle Obama, dan remaja Pakistan yang selamat dari luka tembak di kepala oleh militan Taliban, Malala Yousafzai.
Michelle Obama dan Yousafzai memimpin kampanye dengan mengungkapkannya dalam bentuk tanda pagar (hashtag) “Bring Back Our Girls” di media sosial.
Pada Agustus 2016, kelompok ekstremis tersebut memposting video yang menunjukkan puluhan gadis Chibok berada di tempat yang tidak disebutkan.
Salah satu peserta traumatisme yang namanya disamarkan, Pastor Isaac, adalah salah satu pemimpin gereja Nigeria, yang mengaku mendapatkan manfaat dari pelatihan di tempat tersebut.
Isaac menuturkan pada Natal 2015 ia mengaku menjadi target orang-orang yang dilenyapkan oleh Boko Haram. Beberapa hari kemudian, gerilyawan pergi dari rumah ke rumah membunuh orang di desanya, namun secara ajaib, ia dan keluarganya selamat.
“Seperti seorang gembala, sebagai seorang pendeta, kami tidak mengambil kesenangan saat ada anggota kami yang meninggal dunia. Saya merasa sedih melihat anak yatim dan janda di gereja,” kata Isaac.
Isaac mengatakan untuk melayani Tuhan saat ini membutuhkan keberanian, menurut dia setiap misionaris di Nigeria harus siap meninggal dunia bagi Kristus.
“Bila seorang misionaris meninggal dunia karena membela Kristus, merupakan sebuah kebanggaan, dan tidak ada sekolah teologi dan Alkitab yang mengajarkan seperti itu,” Isaac menambahkan. (christiantoday.com)
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...