Oxfam: Kesenjangan Kaya-Miskin di RI Paling Parah di Dunia
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Sebuah laporan yang kurang sedap datang dari London. Oxfam, lembaga amal global yang bereputasi tinggi dan berbasis di negara Big Ben itu, menyebut Indonesia termasuk negara dengan kesenjangan kaya-miskin paling parah di dunia.
Hal itu terungkap dalam laporan yang dilansir pada hari Kamis (23/02), sebagaimana dikutip dari The Guardian. Dalam laporannya, Oxfam secara khusus menggarisbawahi kesenjangan di Indonesia.
Menurut Oxfam, jumlah miliarder dunia di Indonesia meningkat dari hanya satu orang pada tahun 2002 menjadi 20 orang pada tahun 2016. Empat orang terkaya di Indonesia, dipimpin oleh Budi dan Michael Hartono, memiliki kekayaan US$ 25 miliar atau nyaris sama dengan kekayaan 40 persen orang termiskin di Indonesia.
Lembaga amal itu mengatakan pendapatan Hartono dari bunga kekayaannya selama satu tahun saja sudah dapat memberantas seluruh kemiskinan ekstrem di Indonesia.
"Sejak tahun 2000, pertumbuhan ekonomi telah meningkat di Indonesia," kata Oxfam dalam laporannya.
"Namun, manfaat dari pertumbuhan itu belum merata, dan jutaan orang telah tertinggal, terutama perempuan."
Oxfam mengatakan meskipun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai rata-rata sebesar 5 persen per tahun antara tahun 2000 dan 2016 yang menyebabkan RI masuk dalam daftar negara-negara berkembang yang tumbuh cepat, "pengurangan kemiskinan justru melambat bahkan nyaris berhenti."
Dengan menggunakan patokan garis kemiskinan moderat Bank Dunia yang sebesar US$ 3,10, sebanyak 93 juta orang Indonesia masih hidup dalam kemiskinan.
"Meningkatnya jumlah jutawan dan miliarder, dengan latar belakang kemiskinan yang mengejutkan, menegaskan bahwa hanya orang kaya yang mendapatkan sebagian terbesar dari keuntungan dari kinerja ekonomi yang banyak digembar-gemborkan negara, sementara jutaan orang di bagian bawah tertinggal," kata Oxfam.
Dini Widiastuti, juru bicara Oxfam di Indonesia, mengatakan: "Tidak baik jika orang terkaya di Indonesia memperoleh pendapatan bunga kekayaannya selama satu hari lebih besar daripada kebutuhan dasar para orang miskin selama satu tahun. Ketidakmerataan di Indonesia mencapai level kritis. Jika dibiarkan tanpa ditangani, kesenjangan antara orang kaya dan orang miskisn akan merusak upaya memberantas kemiskinan, memperburuk instabilitas sosial, dan menghambat pertumbuhan ekonomi."
Beberapa kali Presiden Joko Widodo mengakui bahwa kesenjangan pendapatan di Indonesia masih tinggi. Ia mengatakan akan memfokuskan perhatian pada upaya mengurangi kemiskinan pada tahun 2017 ini.
Sebagai catatan, menurut Badan Pusat Statistik, koefisien Gini Indonesia, yang merupakan indikator kesenjangan pendapatan, telah membaik menjadi 0,387 pada bulan Maret 2016, dari 0,402 pada bulan September 2015.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...