P2O-LIPI: Sampah Plastik Mendominasi Pesisir dan Laut Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pusat Penelitian Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) menemukan dominasi sampah plastik dan temuan mikroplastik dalam penelitiannya. Hal itu disampaikan dalam rilis yang diterima 12 Desember.
Koordinator penelitian Muhammad Reza Cordova mengatakan, ”P2O-LIPI setiap bulan mengkaji 18 pantai di Indonesia untuk pemantauan sampah terdampar, 13 pesisir di Indonesia dijadikan area sampling mikroplastik di permukaan air, delapan lokasi untuk mikroplastik di sedimen, dan satu genus ikan (Stolephorus sp) dari 10 lokasi se-Indonesia.”
Jenis sampah ditemukan dari seluruh area monitoring pantai adalah kategori plastik dan karet, logam, kaca, kayu olahan, kain, dan lain-lain, serta bahan berbahaya. Sampah dominan berasal dari plastik di seluruh area kajian sebesar 36 sampai 38 persen.
Berdasarkan perhitungan kasar dengan asumsi sederhana diperkirakan 100.000 hingga 400.000 ton plastik per tahun yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masuk ke laut Indonesia. Mikroplastik ditemukan pada seluruh lokasi kajian. Baik pada permukaan air, sedimen, maupun pada tubuh ikan. Mikroplastik terbanyak ditemukan di permukaan air Sulawesi Selatan dan Teluk Jakarta sekitar 7,5 hingga 10 partikel per meter kubik. Pada sedimen ditemukan lebih dari100 partikel per kg di Aceh, Sulawesi Selatan dan Biak.
Mikroplastik ditemukan antara 58 hingga 89 persen pada ikan teri (Stolephorus sp) sebesar 0,25 hingga 1,5 partikel per gram. Walaupun relatif rendah, hal ini perlu diwaspadai mengingat dampak lain dari mikroplastik yang belum banyak diketahui. Karena itu P2O LIPI tengah melakukan monitoring sebaran mikroplastik serta dampak pengaruhnya pada ekosistem laut serta dapat memberikan kontribusi dalam pengelolaan sampah laut.
Mengingat penggunaan plastik yang tinggi, P2O LIPI merencanakan kajian penelitian mikroplastik untuk jangka panjang yakni pengaruh mikroplastik pada biota laut, lingkungan serta pada kesehatan manusia.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya korelasi positif antara kepadatan penduduk dan sampah plastik serta mikroplastik pada lingkungan.
Selain itu plastik dan mikroplastik yang ditemukan didominasi dari jenis plastik jenis sekali pakai. Dalam menanggulangi permasalahan sampah laut, khususnya sampah plastik dan mikroplastik diperlukan peran seluruh pihak, dari pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pihak swasta dan industri serta LSM untuk mengurangi konsumsi plastik. Khususnya plastik sekali pakai dan menghindari penggunaan mikroplastik dalam bahan kosmetik sehingga membantu kelestarian laut Indonesia dan dunia.
Penggunaan plastik dalam berbagai kegiatan manusia menyebabkan produksi plastik meningkat. Polusi plastik awalnya dilihat sebagai masalah estetika. Tetapi banyak penelitian selama beberapa dekade terakhir menunjukkan biota laut yang terkena dampak negatif oleh adanya plastik terutama salah makan dan tersangkut atau terjerat.
Pada tahun 2050 diprediksi jumlah sampah plastik akan melebihi jumlah ikan, dan jumlah mikroplastik melebihi plankton laut sehingga dapat mengancam kehidupan laut dan juga manusia.
Indonesia dianggap sebagai salah satu penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia. Sampah plastik secara umum terbagi menjadi ukuran besar dan ukuran mikroskopis.
Informasi polusi sampah dan dampaknya terhadap organisme laut secara resmi di Indonesia masih terbatas. Di sisi lain penelitian tentang sampah plastik di ekosistem perairan laut masih sedikit dilakukan di Indonesia. Pemecahan masalah sampah plastik di laut perlu dilakukan untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan 2030.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...