Pada Awal Minggu Sengsara
Baik Yudas maupun Petrus pastilah tidak menaruh pikiran dan perasaan dalam Yesus Kristus.
SATUHARAPAN.COM – Pada awal Minggu Sengsara ini, marilah kita cermati nasihat Paulus kepada jemaat di Filipi: ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp. 2:5).
Pertanyaannya: Bagaimanakah tindakan nyata dari menaruh pikiran dan perasaan Kristus? Kisah dalam Injil Markus menjelang kematian Yesus dapat menjadi teladan bagi kita semua.
Teladan pertama adalah kisah pengurapan Yesus di Betania. Kisahnya sederhana. Ada seorang perempuan yang membawa sebotol minyak narwastu seharga 300 dinar menuangkannya di kepala Yesus. Beberapa orang yang kesal dengan perempuan itu. Mereka menganggap tindakan itu sebagai pemborosan. Harga minyak itu setara dengan upah 300 hari kerja bagi seorang pekerja. Bisa jadi itu makanan selama setahun bagi sebuah keluarga sederhana. Pada zaman sekarang setara dengan Rp45 juta! Bukan jumlah sedikit. Sehingga beberapa orang mulai memerahai perempuan itu.
Namun Yesus membela perempuan itu karena perempuan itu sungguh tahu apa artinya prioritas. Yesus mengatakan bahwa orang miskin selalu ada pada mereka dan mereka dapat membantunya kapan saja. Sedangkan perempuan itu paham bahwa ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. ”Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku,” kata Yesus, ”Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia” (Mrk. 14:8-9).
Inilah salah satu tindakan dari menaruh pikiran dan perasaan Kristus. Perempuan itu sungguh memahami apa yang menanti Yesus Kristus. Bahkan dia sedang mempersiapkan hari penguburan Yesus.
Tindakannya jelas berbeda dengan Yudas dan Petrus. Yudas berbeda dengan perempuan itu. Dia bukannya mempersembahkan sesuatu kepada Yesus, tetapi malah menjual-Nya. Tiga puluh keping perak adalah harga pasaran budak pada masa itu dan setara dengan 90 dinar. Tiga puluh persen! Yudas tidak memberi, tetapi malah mengambil. Dia memanfaatkan Yesus.
Sedangkan Petrus sepertinya hanya menggugu dirinya sendiri. Sehingga dia malah menyangkal gurunya. Jika Yudas menjual gurunya, Petrus menyangkal gurunya. Mengapa? Karena Petrus tampaknya hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehingga dia menjadi takut dan akhirnya menyangkal gurunya.
Baik Yudas maupun Petrus pastilah tidak menaruh pikiran dan perasaan dalam Yesus Kristus.
Pertanyaannya sekarang: mana yang akan kita teladani: Yudas, Petrus, atau perempuan itu?
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
KPK Tetapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Tersangka Kasus...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Sekretaris Jenderal PDI Perju...