PAK HAM: Operasi Bersama TNI-Polri di Papua akan Picu Perang
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM - Perhimpunan Advokasi Kebijakan Hak Asasi Manusia (PAK HAM) Papua menerbitkan seruan agar Gubernur Papua, Lukas Enembe, segera bertindak memediasi konflik dan kekerasan yang terjadi di Tembagapura atau area PT Freeport Indonesia saat ini.
Menurut Direktur Eksekutif PAK HAM Papua, Matius Murib, konflik tersebut telah menimbulkan kerugian yang sangat besar. mulai dari harta benda hingga korban jiwa, dan bahkan menimbulkan dampak luas di masyarakat.
"Kami mengkhawatirkan rencana Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih yang akan melakukan operasi bersama penangkapan kelompok-kelompak sipil bersenjata di Tembagapura dan sekitarnya. Operasi seperti ini akan timbul kemungkinan pada terjadinya kerugian-kerugian baru mulai dari harta benda hingga kembali adanya korban dari warga sipil," kata Matius Murib lewat pernyataan yang disiarkan lewat situs resmi perhimpunan tersebut.
"Operasi gabungan ini juga akan menimbulkan kesan kepada warga sipil di wilayah Pegunungan tengah bahwa perang telah dimulai. Tentunya hal itu akan menciptakan medan perang modern yang menggunakan senjata api dan jauh lebih brutal," kata Matius.
PAK HAM meminta agar PT Freeport Indonesia bersikap netral dengan tidak memberikan fasilitas dan dukungan apapun kepada pihak manapun dalam konflik kali ini ataupun selanjutnya.
"Kelompok warga sipil bersenjata pun agar segera menghentikan tindak kekerasan dan turun ke Kota, menyampaikan aspirasi dan tujuan politiknya secara santun di forum pertemuan terbuka dengan penuh kearifan, bijaksana dan penuh rasa tanggung jawab, bukan dengan tembak lalu lari." Matius mengatakan.
Dia mengatakan saat ini yang diperlukan adalah membangun Papua menjadi rumah yang damai bagi semua dan itu merupakan tanggung jawab semua.
Sementara itu pada hari Minggu (29/10) pukul 10:30 WIT kembali terjadi penembakan di Tembagapura. Suasana mencekam dirasakan masyarakat yang kebanyakan merupakan karyawan PT Freeport.
Dilaporkan terdengar suara tembakan yang disusul suara sirene pertanda bahaya. Para saksi mata mengatakan aksi baku tembak terjadi antara kelompok kriminal bersenjata (KKB) dengan aparat keamanan di sekitar area Mile Point (MP) 67, Distrik Tembagapura.
PT Freeport Indonesia mengeluarkan interoffice memorandum meminta agar warga komunitas di Tembagapura dan sekitarnya tetap berada di kediamannya masing-masing. Akses jalan antara Hidden Valley dan Tembagapura pun ditutup.
Pada hari Sabtu pekan sebelumnya (21/10), penembakan juga terjadi di mile 67,5 Tembagapura yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Tujuh anggota Brimob tertembak saat melakukan pengejaran KKB. Satu diantaranya, Briptu Berry Pratama, meninggal dunia.
Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, Briptu Berry Pratama tertembak saat melakukan pengejaran terhadap KKB.
"Korban tertembak di sekitar jembatan Utikini oleh KKB yang dipimpin Sabinus Waker," kata Irjen Boy Rafli kepada Antara.
Menindaklanjuti hal ini, Polda Papua berencana meminta bantuan TNI membantu mengatasi dan menangani KKB.
"Memang kami sudah meminta bantuan melalui Pangdam XVII/Cenderawasih sehingga personil TNI segera disiapkan dan bergabung dengan polisi," kata Boy Rafli kepada Antara, Sabtu lalu (28/10).
Boy mengatakan Kodam XVII/Cenderawasih tengah mempersiapkan personil yang akan diperbantukan ke Polri sehingga pengejaran terhadap KKB dapat dilakukan secara optimal.
Menurut polisi jumlah KKB pimpinan Sabinus Waker berjumlah sekitar 15 orang. Mereka dikenal lihai dalam bergerilya di kawasan sekitar Tembagapura. Kelompok tersebut lebih memahami kondisi dan peta kawasan itu sehingga dapat dengan mudah menembaki polisi yang melakukan pengejaran.
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...