Pakar: 6 Langkah Memberantas COVID-19
SATUHARAPAN.COM-Pandemi COVID-19 telah menempatkan Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang terpapar dengan parah. Total kasus secara global hingga Selasa (7/4) mencapai 1.358.950 dan yang meninggal sebanyak 75.897. Hari Senin saja seluruh dunia mencatat 12.946 orang terinfeksi lagi. Dari angka itu, kasus di AS tercatat 367.650 terinfeksi dan kematian mencapai 10.943 orang.
Dengan bekum adanya obat dan vaksin, upaya yang dilakukan sejauh ini di berbagai negara adalah menghambat penularan dengan aturan karantina, penguncian (lockdown), penutupan, pembatasan perjalanan dan jam malam. Vaksin, menurut kelompok peneliti di Israel, baru akan masuk uji klinis pada manusia pada 1 Juni mendatang.
Pencegahan penularan dengan cara-cara ini, kemungkinan akan memerlukan waktu panjang untuk mengalahkan pandmi virus corona baru ini, bahkan mungkin sampai 18 bulan. Namun demikian, seorang pakar senior kesehatan masyarakat di AS menjabarkan jalan berbeda untuk lebih cepat dan kuat dalam mengakhiri pandemi ini.
Pakar tersebut, Harvey V Fineberg MD, PhD, mantan Presiden Akademi Kedokteran Nasional AS, menyebutkan dengan kampanye yang kuat dan fokus, virus corona dapat diberantas di AS dalam sepuluh pekan.
Mengalahkan Bukan Menghambat Penularan
Dia memberikan saran yang tujuannya bukan untuk membuat garis kurva rata, tidak ada penularan, tetapi untuk memberantas virus (menghancurkan kurva). Dan ada enam hal yang dia sarankan pada pemerintah AS yang dia sampaikan di The New England Journal of Medicine (NEJM) yang diunggah awal April ini.
Dia mengatakan China melakukan hal itu di kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, awal penyebaran virus ini. “Kita bisa melakukannya di negara ini (AS) dalam 10 pekan." Ketimbang tersandung-sandung, berhenti dan setengah-setengah, lebih baik menempa strategi untuk mengalahkan virus corona dan juga membuka jalan menuju kebangkitan ekonomi.
"Kita dapat membuat peringatan D-Day pada 6 Juni 2020, hari Amerika menyatakan kemenangan atas virus corona," tulis Fineberg di jurnal itu.
Enam Langkah
Fineberg menguraikan enam langkah yang harus diambil AS untuk mencapai tujuan tersebut. Namun demikian, apa yang disebutnya itu barangkali juga patut dipertimbangkan dan sebagai saran untuk diterapkan di negara lain, terutama di negara yang terpapar parah, seperti Spanyol, Italia, Iran, Jerman, dan Inggris.
Bagi negara-negara dengan kasus yang masih relatif rendah, seperti di Indonesia, beberapa saran itu juga menarik untuk dipertimbangkan, sebelum pandemi menjadi begitu destruktif, dan selagi jumlah kasus masih sedikit; ibarat musuh masih relatif lemah.
Enam saran Fineberg itu adalah:
Pertama, Presiden AS, Donald Trump, harus menunjuk seorang komandan yang bertanggung jawab atas tanggapan terhadap virus corona baru. Orang ini bukan “koordinator, tetapi seseorang yang memiliki wewenang" untuk memobilisasi setiap aset sipil dan militer yang diperlukan untuk memenangkan perang melawan virus COVID-19.
Jika tidak memiliki struktur komando terpadu dengan orang yang bertanggung jawab yang dapat membimbing dan membuat pilihan strategis, maka tidak dapat melaksanakan dengan sukses.
Kedua, AS harus melakukan jutaan tes diagnostik dalam dua pekan mendatang. Strategi ini disebutkan berhasil di Korea Selatan. Tes ini akan membantu melacak jejak dan ruang lingkup wabah, dan menjadi informasi dasar membuat keputusan untuk mengelola pasien.
Ketiga, semua pekerja di pelayanan kesehatan harus memiliki akses pada persediaan yang cukup dari alat pelindung diri (APD atau PPE / Personal Protective Equipment). “Kami tidak akan mengirim tentara ke medan perang tanpa rompi anti peluru; petugas kesehatan untuk garis depan perang ini tidak kurang.”
Keempat, membagi populasi menjadi lima kelompok: (1) mereka yang terinfeksi virus corona; (2) mereka yang diduga terinfeksi berdasarkan gejala, tetapi pada awalnya dinyatakan negatif; (3) mereka yang terpapar seseorang yang terinfeksi virus; (4) mereka yang tidak diketahui terkena atau terinfeksi virus corona; (5) dan mereka yang pulih dari sakit akibat virus.
Orang-orang dalam dua kelompok pertama dapat dirawat di rumah sakit atau ditempatkan di “rumah sakit.” Orang-orang yang telah terpapar virus corona, tetapi belum menunjukkan gejala dapat dikarantina di hotel selama dua pekan, memanfaatkan kamar hotel yang kosong. Mereka yang telah pulih mungkin dapat kembali bekerja, dan hal ini akan menjadi “pemain yang mengubah” dalam memulai kembali pemulihan ekonomi lebih cepat dan aman.
Kelima, upaya intens harus dilakukan untuk "memobilisasi publik" dalam perang melawan viru corona baru. Setiap orang memiliki peran untuk dimainkan dan hampir semua orang tampaknya mau untuk berperan.
Keenam, para peneliti harus melanjutkan penelitian fundamental dan real-time ke dalam virus corona untuk menjawab pertanyaan seperti: siapa yang berisiko lebih tinggi, siapa yang meninggal akibat penyakit ini, dan apakah mereka yang belum tertular virus dapat dengan aman kembali bekerja di bawah kondisi tertentu.
Upaya Yang Sinergis
Sejauh ini, pemerintah berbagai negara terus berupanya melambatkan penularan virus dengan berbagai langkan pembatasan. Namun demikian, pemerintah juga berjuang keras untuk mendorong ketaatan warga negaranya. Sejumlah pelanggaran di berbagai negara juga didorong oleh tekanan ekonomi yang makin berat, selain dampak sosial pandemi ini.
Di sisi lain para pakar dan peneliti sedang berjuang untuk menemukan obat yang efektif untuk membunuh virus ini. Berbagai obat yang ada, termasuk anti malaria, tengah dicobakan pada pasien, tetapi sejauh ini belum ada pernyataan tentang obat yang dinyatakan efektif.
Di tempat lain para pakar dan peneliti berjuang di ruang laboratorium untuk menemukan vaksin yang membantu kekebalan tubuh terhadap virus yang mematikan ini. Namun itu juga hal yang tidak akan segera ditemukan, sementara dari hari ke hari catatan tentang penularan virus ini terus meningkat.
Dunia memang tengah mengahdapi sistuasi yang baru, pandemi secara global yang diderita oleh hampir semua negara. Untuk mengatasinya membutuhkan upaya yang bersinergi, baik di dalam negeri, maupun antar negara. Sebab ancaman serupa COVID-19 ini bisa saja masih akan muncul di abad ke-21 ini.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...