Pakar IPB: Rekayasa Genetika pada Buah-buahan Tak Berbahaya
BOGOR, SATUHARAPAN.COM – Produk-produk hortikultura segar memiliki beberapa kelemahan, di antaranya cepat layu dan busuk. Apabila tidak dilakukan manajemen pascapanen, akan berakibat pada meruginya petani dan pedagang, berkurangnya ketersediaan pangan, dan rendahnya kualitas komoditi yang diterima konsumen.
Beberapa industri pertanian sudah melakukan pengelolaan pascapanen seperti pengaturan suhu atau kelembaban dari buah atau tanaman. Namun, sayangnya metode seperti ini tidak mudah untuk diterapkan di Indonesia, mengingat keterbatasan sarana dan prasarana maupun teknologi yang memadai. Dengan demikian dibutuhkan penundaaan pelunakan buah secara alami, sehingga tidak dapat bertahan lama di pasar dengan kualitas yang bagus.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yakni melalui rekayasa genetika. Rekayasa genetika merupakan modifikasi genetika yang memanipulasi langsung gen suatu organisme menggunakan bioteknologi.
Kontroversial tentang rekayasa genetika pada tanaman pangan juga tidak terelakkan, ada yang mengatakan rekayasa genetika dapat membuat produk yang akan dikonsumsi menjadi berbahaya. Hal ini kemudian diklarifikasi oleh Dr Ir Darda Efendi, ahli bioteknologi buah-buahan Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Rekayasa genetika yang telah sesuai dengan protokol, hasil rekayasa genetikanya tentu tidak berbahaya. Bahkan saat ini kedelai yang kita konsumsi (yang sebagian besar adalah kedelai impor), dan diolah menjadi tempe dan tahu, merupakan hasil rekayasa genetika,” kata Dr Darda, yang dilansir situs ipb.ac.id, pada Kamis (9/5).
Dr Darda menyampaikan, rekayasa genetika memiliki keuntungan, yakni sebagai alat yang potensial untuk pemuliaan tanaman. Selain itu, rekayasa genetika dapat menghilangkan pembatas antarmakhluk hidup, sehingga bisa mengambil gen dari hewan, bakteri, atau cendawan tertentu yang dibutuhkan, kemudian dengan rekayasa genetika dapat ditransformasikan pada tanaman yang kita inginkan.
“Rekayasa genetika yang dilakukan secara teoretis, juga dapat mempersingkat waktu pemuliaan dibandingkan dengan pemuliaan konvensional. Rekayasa genetika memungkinkan terjadinya perubahan pada sifat-sifat tanaman, baik dengan menghilangkan sifat-sifat yang tidak dinginkan, meningkatkan atau memperkenalkan sifat-sifat baru," kata Dr Darda.
Salah satu penelitian yang telah dilakukan oleh Dr Darda terkait dengan rekayasa genetika antara lain, pada buah alpukat. Dr Darda menggunakan teknik rekayasa ini sebagai solusi dalam penanganan pascapanen, yakni melalui penghambatan biosintesis etilen dan penundaan pelunakan buah dengan menonaktifkan gen pengkode ACC Oksidase.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...