Pakar Peringatkan Penyebaran Parasit Malaria Kebal Obat di Asia Tenggara
INGGRIS, SATUHARAPAN.COM – Para ilmuwan memperingatkan, Senin (22/7), jenis-jenis (strains) parasit malaria yang resisten atau kebal terhadap dua obat anti-malaria utama makin dominan di Vietnam, Laos, dan bagian utara Thailand, setelah menyebar dengan cepat dari Kamboja.
Seperti dilaporkan oleh Reuters, dengan menggunakan pengamatan genomik untuk melacak malaria yang resisten pengobatan, para ilmuwan menemukan parasit malaria jenis KEL1/PLA1 juga sudah berevolusi dan menyerap mutasi genetik baru, yang membuatnya makin kebal terhadap berbagai obat-obatan.
“Kami mendapati (parasit) sudah menyebar secara agresif, menggantikan parasit-parasit malaria lokal dan menjadi tipe dominan di Vietnam, Laos, dan di timur laut Thailand,” kata Roberto Amato, yang bekerja sama dengan satu tim dari Institut Wellcome Sanger Inggris, Universitas Oxford, dan Universitas Mahidol di Thailand.
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk dan menyebar lewat gigitan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hampir 220 juta orang terinfeksi malaria pada 2017, dan sekitar 400.000 di antaranya meninggal. Sebagian besar kasus infeksi dan kematian terjadi pada bayi dan anak-anak di sub-Sahara Afrika.
Malaria bisa sembuh total dengan pengobatan jika didiagnosis dini. Namun, resistensi terhadap obat-obatan anti-malaria makin marak di banyak kawasan di dunia, terutama di Asia Tenggara.
Pengobatan pertama malaria yang diterapkan di banyak tempat di Asia dalam satu dasawarsa terakhir adalah kombinasi Dihidroartemisinin dan Piperakuin, atau dikenal dengan singkatan DHA-PPQ.
Para peneliti mendapati dalam penelitian sebelumnya bahwa satu jenis parasit malaria sudah berevolusi dan menyebar di seluruh Kamboja antara 2007 dan 2013. Hasil penelitian terbaru itu, yang dipublikasikan di jurnal The Lancet Infectious Diseases, mendapati jenis parasit malaria itu sudah menyebar melintas batas negara dan memperkuat cengkeramannya.
“Kecepatan penyebaran parasit-parasit anti pengobatan malaria itu di Asia Tenggara sangat mengkhawatirkan,” kata Olivo Miotto, yang memimpin penelitian.
“Obat lain mungkin efektif saat ini, tapi situasinya sangat rentan dan studi ini menyoroti tindakan cepat diperlukan,” katanya. (Voaindonesia.com)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...