Pakar Pertanyakan Data Kematian Akibat COVID-19 di Rusia
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Rusia telah menjadi negara dengan catatan kasus terinfeksi virus COVID-19 tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Namun angka kematian akibat penyakit ini sangat kecil. Hal ini telah menimbulkan pertanyaan di kalangan para ahli.
Pejabat Rusia mengatakan bahwa 2.305 orang meninggal akibat COVID-19 sejauh ini, dan itu dari total 252.245 kasus yang dikonfirmasi sejak epidemi meletus di negara itu. Negara ini pada Selasa (12/5) lalu melampaui rekor Spanyol, yang melaporkan hampir 27.000 kematian, setelah melewati Inggris dan Italia. Angka itu lebih dari 13 kali tingkat kematian di Rusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Rusia tentang statistik negara itu untuk kematian akibat virus corona, yang hanya 0,9 persen. Ini jauh di bawah rata-rata global, bahkan terendah di antara negara-negara dengan jumlah infeksi tertinggi. "Kami sebagai WHO sedang membahas hal ini dengan pihak berwenang Rusia, Melita Vujnovic, kepala perwakilan organisasi di Rusia," katanya. "Mereka melihat apakah ada sesuatu yang terlewatkan."
Vujnovic mengatakan pada hari Rabu (13/5) bahwa dia tidak percaya pihak berwenang sengaja meremehkan angka kematian, tetapi perhitungan ulang jumlah korban jiwa dapat terjadi. Kementerian Kesehatan tidak menanggapi permintaan komentar untuk artikel ini.
Melapor Angka Kematian
Badan PBB yang berbasis di Jenewa itu mengeluarkan pedoman pada pertengahan April yang meminta negara-negara untuk melaporkan kematian yang terkait COVID-19 “di mana penyakit tersebut menyebabkan, atau dianggap menyebabkan, atau berkontribusi pada kematian. Data dari empat wilayah Rusia, menunjukkan kematian mungkin jauh lebih tinggi ketika kasus dihitung di mana pasien yang didiagnosis dengan penyakit itu meninggal karena kondisi lain, seperti gagal hati atau jantung.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Tatyana Golikova, pada hari Selasa (12/5) menolak dikatakan bahwa Rusia mengecilkan angka kematian. "Itulah, dan kami tidak pernah memanipulasi data resmi," katanya.
Rusia telah melaporkan rekor tingkat infeksi rata-rata lebih dari 10.000 kasus baru per hari selama dua pekan terakhir, bahkan ketika warga negara berada dalam perintah nasional untuk tetap tinggal di rumah pada akhir Maret yang berakibat penurunan kegiatan ekonomi.
Khawatir Resesi Ekonomi
Di tengah kekhawatiran Rusia terjun ke dalam resesi ekonomi yang dalam, Presiden Vladimir Putin mengumumkan diakhirinya dari penutupan pada hari Senin (11/5), dan para pemimpin regional bertanggung jawab untuk memutuskan langkah aman untuk daerah mereka.
Ketika infeksi meningkat, Rusia tetap menjadi satu-satunya dari 10 negara yang paling terkena dampak dengan tingkat kematian di bawah satu persen. Spanyol, Prancis, dan Inggris memiliki angka kematian antara 12 persen hingga 14 persen. AS berada pada angka 6 persen dan Jerman sebesar 4,5 persen. Secara global, dari 4,3 juta yang diketahui terinfeksi, 293.366 orang, atau 6,8 persen, telah meninggal.
Peningkatan besar kasus merupakan hasil dari pengujian besar di Rusia, dengan lebih dari 40 persen di antaranya tidak menunjukkan gejala. Namun, di Korea Selatan, yang memiliki salah satu sistem yang paling luas untuk melacak virus corona, angka kematiannya 2,5 kali lebih tinggi daripada yang di Rusia.
Data tidak Sama
Wilayah Ural Rusia, Chelyabinsk, menonjol karena transparansi data COVID-19-nya. Enam yang meninggal karena virus COVID-19, dan sembilan karena kondisi lain. Namun hanya lima kematian yang dicatat untuk Chelyabinsk dalam statistik nasional.
Wilayah Perm, juga di Ural, telah melaporkan 24 kematian, tetapi hanya 12 dikaitkan dengan wilayah tersebut oleh pihak berwenang di Moskow. Ryazan di Rusia tengah telah mencatat 16 kematian di antara orang yang didiagnosis dengan COVID-19 atau diduga menderita penyakit ini, sedangkan basis data nasional menyebutkan hanya tujuh kematian. Saratov di barat daya Rusia telah menyusun daftar 22 kematian terkait virus corona, namun hanya enam untuk wilayah tersebut dalam data nasional.
Pada sebuah briefing berita pada hari Selasa (12/5), Golikova menolak bahwa data kelebihan-kematian mengindikasikan bahwa Rusia mengecilkan kematian akibat COVID-19.
Tingkat kematian Rusia "sangat rendah di panggung dunia," kata Jeremy Rossman, seorang dosen senior bidang virologi di Universitas Kent di Inggris. “Ini menyiratkan bahwa risiko kematian akibat COVID-19 lebih rendah daripada kenyataannya. Namun bersikap terbuka dalam hal pelaporan sangat penting, karena kita perlu memahami kisaran kematian yang terjadi."(Bloomberg)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...