Pakar Sebut Mempercepat Uji Klinis Vaksin COVID-19 Dapat Berujung Malapetaka
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Mempercepat uji klinis terhadap kandidat vaksin untuk SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat membawa "malapetaka," demikian menurut editorial yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada Jumat (22/5).
"Sangat penting untuk tidak terburu-buru" dalam memastikan keamanan setiap kandidat vaksin dan menyelidiki potensi dampak negatifnya, menurut editorial yang ditulis oleh Douglas Green, wakil editor jurnal ilmiah multidisiplin itu.
Sebuah vaksin yang mampu memicu respons antibodi penetral yang kuat dalam uji klinis tidak dapat digunakan secara luas jika belum menjalani tes keamanan yang menyeluruh, tulis Green, yang juga merupakan pakar di bidang imunologi.
Efek peningkatan yang bergantung pada antibodi (antibody-dependent enhancement) dari satu vaksin harus dipelajari. Efek itu terjadi ketika antibodi yang dirangsang pembentukannya oleh vaksin dan mengikat virus juga menempel pada sel-sel tubuh, sehingga memfasilitasi infeksi terhadap sel-sel ini. Fenomena mengkhawatirkan ini ditemukan pada vaksin untuk demam berdarah, Ebola, HIV, dan feline coronavirus (virus yang menginfeksi kucing), menurut editorial tersebut.
Pengujian terhadap manusia yang dipercepat dan etis "tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan," tetapi risiko ekstrem harus dipertimbangkan bersama potensi keuntungan yang ada, sebut editorial itu.
Saat ini, terdapat 95 vaksin yang sedang dikembangkan untuk melawan SARS-CoV-2. Sebagian besar diperkirakan akan lolos dari fase pertama, sementara dua lainnya sudah mulai memasuki fase kedua pengujian, imbuh editorial tersebut. (Xinhua/Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...