Pakar Terorisme: ISIS Teroris dengan Fasilitas Bintang Lima
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pakar Terorisme Indonesia Solahuddin menilai di Indonesia Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau popular disebut ISIS sudah mulai bergerak dan banyak pengikutnya. Banyak warga Indonesia yang terpengaruh untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Menurutnya bahwa terorisme di Indonesia berkurang karena tergiur untuk berpihak kepada ISIS.
“ISIS itu teroris dengan fasilitas bintang lima,” kata Solahuddin dalam diskusi dengan tema ‘ISIS di Indonesia’ di Teater Utan Kayu, Jakarta Pusat, Jumat (27/2) malam.
Oleh karena itu, kata Solahuddin bagaimana ISIS bisa membiayai kehidupan anggotanya secara layak seperti memberikan rumah gratis, uang bulanan diberikan kepada setiap anggota keluarga, dan biaya listrik ditanggung ISIS.
“Yang lebih mengejutkan lagi, saat ini di Indonesia belum ada pasal khusus terkait pergerakan ISIS tersebut,” kata dia.
Solahuddin mengatakan, betapa lemahnya instrumen hukum di Indonesia karena belum ada pasal dalam undang-undang terorisme yang bisa menjerat gerakan ISIS. Solahuddin mengatakan, undang-undang yang ada hanya yang dibuat secara tergesa-gesa pascainsiden bom Bali.
“Orang-orang yang ditangkap karena dugaan terkait ISIS dijerat karena kasus-kasus lama seperti pemalsuan dokumen. Ya undang-undangnya saja cuma dibuat dalam waktu enam hari,” kata dia.
Terorisme Menggunakan Dana Lokal
Menurut Solahuddin Sejak tahun 2010 sampai sekarang hampir semua pendanaan terorisme di Indonesia menggunakan pendanaan lokal.
“Contohnya kasus Aceh, hampir satu miliar dana yang dipergunakan untuk proyek pelatihan militer di Aceh. Mayoritas dana itu dipergunakan untuk membeli berbagai senjata. Mereka mendapatkan dana sebagian besar dana dari orang-orang kaya. Siapa orang kaya-kaya itu? Yaitu, orang yang empati dengan gerakan-gerakan mereka," kata dia.
Solahuddin mengatakan ada seorang broker misalnya di Padeglang Jawa Barat menyumbangkan hampir 400 juta untuk membiayai pelatihan militer Aceh orang ini kemudian ditangkap dan dipenjara.
“Kemudian ada lagi Pengusaha di Bekasi yang pengusaha pipa. Dia menyumbang lebih dari 200 juta untuk membantu pelatihan militer di Aceh. Kemudian ada lagi seorang pengusaha menyumbangkan 150 juta untuk membiayai pelatihan militer di Aceh. Jadi, orang-orang kaya ini jadi salah satu sumber pendanaan dan selain itu yang paling penting juga yang mereka peroleh melalui dengan aksi-aksi atau perampokan-perampokan,” kata dia.
Untuk itu kata Solahuddin memberikan contoh mujahidin barat dari Oktober sampai April 2013 melakukan lebih 10 kali perampokan yang diperoleh 1,8 miliar berapa banyak yang mereka rampok dan mereka pun merampok kantor pos, pegadaian, dan sebagainya.
“Tetapi itu tidak ada apa-apanya ketimbang aksi yang banyak spektakuler yang meng-hack situs online, dan berhasil mengeruk Rp 7 miliar,” katanya.
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...