Loading...
SAINS
Penulis: Veronica Suryanti 12:11 WIB | Rabu, 26 Maret 2025

Pakisan selalu Terkenang

Pakisan selalu Terkenang
55 siswa SMAK PENABUR Gading Serpong peserta Live In di desa Pakisan (Foto : SMAKGS)
Pakisan selalu Terkenang
Kegiatan pembukaan dilakukan di gereja Solafide (Foto : SMAKGS)
Pakisan selalu Terkenang
Melakukan tugas rutin pagi hari untuk mencari rumput guna makanan ternak (Foto : SMAKGS) (Foto : SMAKGS)
Pakisan selalu Terkenang
Mempraktikkan memasak nasi yang tidak biasanya dilakukan di rumah (Foto : SMAKGS)
Pakisan selalu Terkenang
Kegiatan belajar ketrampilan menganyam dari bambu dipelajari juga oleh siswa. (Foto : SMAKGS)

TANGERANG, SATUHARAPAN.COM-Dusun Pakisan, Kelurahan Wonokerso, Kecamatan Pringsurat merupakan sebuah kampung yang berada di ujung wilayah Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Dusun ini menawarkan pemandangan yang sangat memukau yang berada di daerah pegunungan. Dusun ini memiliki udara yang sejuk  dan panorama alam yang asri dikarenakan terletak di dataran tingi dengan dikelilingi gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah. Gunung tersebut antara lain  gunung Ungaran atau masyarakat menyebut gunung Telomoyo, gunung Merbabu, gunung Sindoro, gunung Sumbing dan agak jauh tampak menjulang tinggi gunung Merapi. Dusun inilah yang menjadi tempat tujuan kegiatan Live in SMAK PENABUR Gading Serpong selama tujuh hari yang dimulai Rabu, 12 Maret 2025 sampai Selasa, 18 Maret 2025 dengan jumlah peserta 55 siswa dan 5 guru pendamping. Rombongan berangkat dari sekolah pada pukul 06.15 dengan menggunakan bus menuju Dusun Pakisan.

Setelah enam jam perjalanan, sampailah rombongan ke Dusun Pakisan. Rombongan diterima oleh warga di gereja Solafide, dengan sambutan yang penuh keramahan dan keakraban. Serangkaian acara serah terima berjalan dengan lancar. Para siswa diserahkan kepada 18 keluarga Kristen, yang sebelumnya diawali doa oleh Pendeta Ngadiyono selaku pemimpin jemaat di gereja Solafide. Kegiatan sore itu diawali dengan kebersamaan bersama keluarga dan menikmati dinginnya udara Dusun Pakisan.

 Dusun  ini memiliki suhu udara yang cenderung  lebih rendah dari daerah lainnya, sehingga cocok untuk pertanian dan perkebunan. Segala macam tanaman bisa tumbuh dengan subur di daerah ini. Tanaman-tanaman yang dibudidayakan masyarakat Dusun Pakisan antara lain kopi, tembakau, pohon  apokat, pohon trembesi, pohon  mahoni, dan segala macam tanaman sayuran. Oleh karena itu, mayoritas penduduknya memilih berprofesi sebagai petani. Hasil pertanian dan perkebunan  yang menjadi komoditas unggulan di kawasan ini.

Setiap pagi, para siswa diwajibkan mengikuti kegiatan bersama orang tua asuhnya masing-masing. Sebagian siswa ada yang ikut ke ladang untuk mencari rumput dan kayu bakar, ada yang membantu jualan di warung, dan membantu membuat memasak di dapur. Bahkan, ada siswa-siswa yang memberi makan binatang peliharaan serta ikut membersihkan kandang ayam atau pun kambing. Semua aktivitas orang tua asuh dikuti oleh para siswa dengan suka cita. Wajah-wajah mereka penuh kegembiraan tinggal bersama keluarga yang penuh kesederhanaan dan keramahan. Mereka belajar mensyukuri berkat dan anugerah dari keluarga barunya.

Selain pertanian, masyarakat Dusun Pakisan juga hidup dengan adat dan budaya yang dijaga turun -temurun. Mereka sering mengadakan berbagai kegiatan budaya dan sosial seperti gotong-royong dan kerja bakti dalam pembangunan dusun seperti pelebaran jalan dusun secara swadaya, bersih-bersih kampung setiap Kamis pagi, dan lai-lain.  Berbagai acara perayaan adat pun juga dilestarikan seperti tradisi ngendong kebiasaan berkumpul di keluarga saat  ada peristiwa  kedukaan atau ada keluarga yang punya gawe/hajatan.  Demikian juga adat kebiasaan memperlakukan setiap tamu yang datang ke dusun tersebut akan disambut dengan keterbukaan dan keramahan oleh para perangkat dusun dan tokoh masyarakat, termasuk kedatangan  guru-guru pendamping  ke rumah-rumah  pemuka masyarakat (Pak RT, Kepala Dusun, Kepala Desa).

Jika ditinjau dari kehidupan beragama, masyarakat Dusun Pakisan bisa menjadi teladan dalam kehidupan yang mempunyai toleransi tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat Dusun Pakisan mayoritas beragama Budha,  sebagian beragama Kristen dan Islam. Namun, masyarakat yang berbeda agama ini rukun dan saling mendukung satu sama lain, contoh ketika masyarakat Kristen merayakan Natal, justru yang sibuk menyiapkan tempat dan konsumsi adalah masyarkat yang beragama Budha dan Islam. Sungguh suasana kehidupan yang penuh toleransi ini sepatutnya menjadi contoh untuk daerah-daerah lain.
 Para siswa dilibatkan dalam kegiatan pengembangan potensi dan keterampilan anak (PPA) yang  diikuti oleh anak-anak dan remaja dari berbagai agama. Kegiatan PPA ini dilakukan setiap  hari Rabu, Kamis, Minggu pada pukul 14.00 di gereja. Di PPA ini anak-anak dapat belajar Bahasa Inggris, komputer, musik, menari tamborin, dan tata boga. Para siswa berkesempatan mengembangkan kemampuan dan dengan melatih anak-anak di sana. Dengan demikian keberadaan para siswa di kegiatan PPA ini sangat diterima oleh masyarakat di dusun Pakisan. Para siswa Live in juga diberi kesempatan untuk membantu melayani di kebaktian remaja dan kebaktian umum sebagai WL, pemusik, kolektan, dan penerima tamu. Dengan kehadiran siswa-siswi Live in, pelaksanaan kebaktian menjadi lebih meriah. Untuk mendukung  pelaksanan kebaktian, SMAK PENABUR Gading Serpong melalui panitia Live in juga menyerahkan sumbangan kepada gereja Solafide berupa satu set LCD dan mixer yang diserahkan kepada Pendeta Ngadiyono dan  segenap jemaat.

Waktu berjalan begitu cepat, tujuh hari sudah kami tinggal bersama. Banyak cerita terukir di sana. Sejuta kenangan tercipta untuk selalu dikenang. Layaklah Dusun Pakisan menjadi tempat yang  nyaman untuk tinggal maupun berkunjung bagi siapa pun.

Editor : Eti Artayatini


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home