Pameran Alquran, Membangun Dialog Kultural
SATUHARAPAN.COM –Alquran kuno yang langka dipamerkan pada penggal akhir Oktober lalu di sebuah museum di Washington, Amerika Serikat. Pameran Alquran kuno langka itu memberikan gambaran mengenai sisi Islam yang berbeda di tengah munculnya fobia agama itu yang muncul karena kampanye pemilihan presiden.
Lebih dari 60 Alquran dan Teks Quranik, mulai dari abad ke-7 Masehi, dipamerkan, dan Alquran ini memiliki kaligrafi yang luar biasa indah. Koleksi itu akan dipertunjukkan kepada khalayak umum pada The Art of the Quran, 20 Februari 2017, di Museum Freer dan Sackler.
Koleksi Buku Suci itu digandakan oleh beberapa orang terkaya dan berkuasa di dunia Muslim. Sebagian koleksi, khususnya koleksi ke-47 sampai 63 dipinjamkan kepada Freer dan Sackler dari sumber tunggal: Museum Turki dan Seni Islam di Istanbul. Sisanya sudah menjadi koleksi tetap Freer dan Sackler.
Pameran itu, menampilkan penataan sebuah kamar tersendiri, menceritakan mengenai perkataan-perkataan dan ajaran-ajaran Alquran, yang secara tradisonal disampaikan secara lisan, dan pada abad ke-7 dan dibuat secara fixed dan teks yang permanen.
Penyelenggara ingin menyampaikan pesan-pesan Alquran.
“Kami adalah museum seni terbaik. Kami ingin menjelaskan bagaimana Alquran menjadi sebuah Kitab, dan bagaimana seni kaligrafi dan iluminasi. Kami meletakkan dekorasi dan ilustrasi di sekililing Kitab Suci ini,” ujar Simon Retting, ketua kurator.
“Kami ingin menunjukkan variasi dari manuskrip. Alquran yang kami pamerkan berasal dari berbagai dunia Muslim, dari Irak, Afghanistan, dan Turki. Ada Alquran yang dibuat oleh seorang kaligrafer di Irak atau Iran antara akhir abad ke-8 dan awal abad ke-9. Ada juga Alquran berukuran 2x1 meter yang dibuat pada tahun 1599 di Shiraz, Iran. Alquran ini ditulis dengan tinta yang warna dan tulisannya dilapisi emas,” ujar Massumeh Farhad, direktur penyelenggara.
“Hari ini bila Anda melihat Alquran, Kitab Suci ini selalu kelihatan sama, dicetak dengan warna hijau, dengan ukuran yang sama. Yang luar biasa, di sini kami ingin perlihatkan variasi Alquran, dari sisi ukuran, skala, dan tulisan. Terutama ketika Anda berpikir bahwa Alquran adalah teks yang ditulis dengan cara yang sama dan berulang-ulang sehingga Anda tidak dapat membuat sesuatu yang berbeda,” Farhad menambahkan.
Belajar Mengenai Dunia Islam, Kesenian Islam, dan Budaya Islam
Pameran sudah dibuka dua minggu sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada 8 November mendatang. Sebagaimana banyak diberitakan sebelumnya, kandidat Partai Republik Donald Trump sering menstigma umat Muslim, dengan mengatakan ia akan melarang umat Muslim masuk ke Amerika.
Penyelenggara mempersiapkan acara selama enam tahun. Sedianya, pameran itu dijadwalkan dilaksanakan tahun 2014 berkaitan dengan pembangunan gedung museum.
“Sekarang pameran benar-benar dibuka sebelum pemilihan presiden, dalam kondisi tekanan publik terhadap Islam. Tujuan kami adalah mempromosikan dan menyebarkan pemahaman. Ini saat yang tepat agar orang Amerika memiliki pandangan berbeda mengenai Islam,” Retting menambahkan.
“Pameran ini mewakili kesempatan yang luar biasa untuk terjadinya dialog antarbudaya, dan kesempatan untuk membangun penghubung. Ratusan ribu orang akan datang ke pameran ini dan belajar mengenai dunia Islam, kesenian Islam, dan budaya Islam. Ini penting dilakukan saat ini di Amerika, sehingga pengetahuan lebih unggul dari ketidaktaatan. Kalau kami dapat membangun penghubung melalui museum ini, kami sudah melakukan tugas kami,” ujar Richard Kurin, pemimpin museum. (newsweekpakistan.com/spw)
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...