Pameran Ilustrasi, Sebuah Upaya Memaknai Kembali Lokalitas Bali
GIANYAR, SATUHARAPAN.COM - Sebuah pameran yang merangkum karya-karya Ilustrasi Aplikatif dan Komik Tradisional Bali dihadirkan di Bentara Budaya Bali (BBB) melalui program Akademika Bentara. Sebagaimana tajuk yang diusung, eksibisi kali ini berupaya melihat persoalan lokalitas (tradisi budaya Bali) sebagai sebuah kekuatan yang mampu menjadi inspirasi bagi para seniman untuk melahirkan karya.
Ajang gelar karya ini telah dibuka secara resmi pada Jumat (10/8), menampilkan 61 kreasi komik tradisional Bali dalam bentuk Prasi dan 89 ilustrasi aplikatif. Pameran masih akan berlangsung hingga 12 Agustus 2018.
Sebagai kurator yakni I Wayan Agus Eka Cahyadi, S.Sn,MA. Dalam pengantarnya, Agus Eka Cahyadi mengemukakan bahwa kekayaan lokal seperti tradisi yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat (Bali) memiliki potensi besar untuk diolah menjadi sebuah karya seni yang menarik.
Cokorda Alit Artawan selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi Visual ISI Denpasar, menyampaikan bahwa program pameran ini merupakan sebentuk kolaborasi sekaligus juga kompilasi karya. Tidak saja karya-karya mahasiswa yang dihadirkan, namun juga kreasi para dosen.
“Pameran ini berupaya mempertautkan antara teks atau narasi-narasi yang selama ini tumbuh berkembang sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Bali dengan konteks dan fenomena global yang terjadi saat ini. Kami berharap nantinya anak-anak muda kita bisa melestarikan tradisi budaya Bali, bahkan mengenalkannya ke seluruh dunia,” ungkapnya.
Peserta program Akademika Bentara kali ini adalah Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) ISI Denpasar angkatan 2016 dan 2017, yang memang tengah mendalami ikonik rupa tradisi, termasuk yang terdapat pada karya Prasi (gambar atau lukisan di atas daun lontar) warisan tradisi Bali.
Dialog Akademika Bentara
Pengaruh modernitas dan globalisasi yang menghadirkan kompleksitas, berikut persoalan sosial, ekonomi, dan kultural, adalah sesuatu yang tak terelakkan. Dengan demikian, lokalitas boleh dikata adalah ruang-antara yang diwarnai dengan negosiasi ketradisian, transformasi budaya modern, dan hasrat-hasrat untuk bertahan di tengah-tengah gerak perubahan zaman.
Upaya memaknai nilai-nilai dan narasi yang terkandung dalam lokalitas budaya Bali tidak hanya berhenti pada gelar karya-karya Ilusprasi. Secara khusus Akademika Bentara juga mengetengahkan sebuah diskusi perihal Komik Web bersama komikus dan ilustrator I Wayan Suma Bagia (Ai Shuma). Ia merupakan pencipta komik “Bhurloka” yang sudah dipublikasikan di aplikasi web komik Ciayo.
Dialog yang berlangsung Jumat (10/8) mengetengahkan perihal bagaimana upaya seorang Comic Artist menghadirkan identitas budaya lokal dalam karya-karyanya, sebagaimana dilakukan Ai Shuma dalam komik “Bhurloka” ciptaannya.
Sehari sebelumnya, yakni Kamis (09/08), Akademika Bentara di BBB juga menghadirkan sebuah timbang pandang yang mempertautkan antara pendekatan saintifik dunia kesehatan dengan kearifan budaya lokal.
Dialog ini selaras fenomena laju perkembangan pariwisata, yang ditandai dengan mobilitas lintas bangsa di banyak negeri, termasuk Indonesia dan khususnya Bali, tak pelak menimbulkan sejumlah dampak terkait kesehatan masyarakat secara luas. Bukan saja penyakit yang berciri global, melainkan juga berbagai silang kultural yang bila tidak dikelola, tak selamanya sehat bagi kehidupan kultural masyarakat.
Sebagai narasumber yakni Dr. Made Tangkas, SpOG, MPH, seorang dokter yang juga aktif dalam dunia kesenian di Bali. Menurutnya, sangat penting bagi seorang tenaga kesehatan atau medis untuk mempelajari dan memahami nilai-nilai, juga unsur kebudayaan lokal dalam upaya penanganan dan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Program kali ini didukung oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, tertaut Bali International Summer School (BISS) 2018. (PR)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...