Panel Pakar Desak Persiapan Lebih Baik untuk Krisis Kesehatan Global
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Panel pakar independen, mengkritik respon Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) terhadap krisis ebola, dengan mengatakan, lembaga itu tidak siap dan tidak mengkoordinasi kegiatannya dengan organisasi lain.
Panel tersebut, ditugaskan oleh Dewan Eksekutif WHO Januari lalu, untuk memberi rekomendasi bagi penanganan keadaan darurat kesehatan global yang lebih baik.
Ini hanya laporan awal. Keenam pakar independen itu diperkirakan merilis laporan akhir Juli nanti. Tetapi berdasarkan analisis saat ini, keputusan yang salah menyebabkan krisis ebola di Afrika Barat berkepanjangan dan dalam.
Ketua panel, mantan ketua Oxfam, Barbara Stocking, mengatakan, WHO menunggu terlalu lama sebelum menyatakan epidemi Ebola di Afrika , sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional.
"Menurut saya, semua orang tahu, akan lebih baik kalau lebih cepat menyebut keadaan darurat kesehatan masyarakat, tetapi ada banyak alasan mengapa keputusan itu sangat sulit dibuat, dan terutama kesulitan besar dalam mendapatkan data. Jadi, ada beberapa situasi dimana sangat sulit untuk membuat keputusan," katanya.
Direktur Jenderal WHO Margaret Chan menyatakan, ebola sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat pada Agustus 2014, enam bulan setelah virus itu ditemukan di Guinea dan sembilan bulan setelah kasus pertama terjadi Desember lalu. Saat itu, ada lebih dari 1.700 kasus ebola yang dikonfirmasi dan diduga dan 932 kematian di Liberia, Sierra Leone dan Guinea.
Menurut Stocking, penting bagi negara-negara memperkuat peraturan kesehatan internasional, guna membantu mereka mencegah dan menanggapi risiko akut kesehatan masyarakat. Ia menambahkan, itu berarti negara-negara harus menaikkan tingkat persiapan supaya dapat merespon keadaan darurat dengan cepat.
"Bagian dari kesiapan itu, meskipun kita ketahui ini sangat bermasalah dalam krisis ebola, adalah melibatkan masyarakat.
Membuat masyarakat mengerti dan sadar akan ebola. Kami benar-benar percaya bahwa itu tidak dilakukan dengan cukup baik pada awal-awal perebakan ebola," katanya.
Misalnya, Stocking mencatat, WHO tidak berkoordinasi cukup baik dengan organisasi-organisasi bantuan lokal, maupun internasional, untuk membantu menjelaskan mengapa ritual pemakaman dan praktik tradisional lain menambah tingkat kematian ebola dan perlu diubah.
Ia mengatakan, panel itu percaya WHO seharusnya bekerjasama lebih erat dengan organisasi-organisasi, seperti Doctors Without Borders dan menggunakan keahlian mereka untuk menangani keadaan darurat masyarakat.
Ia menambahkan, panel pakar itu juga merekomendasi pembentukan satgas darurat kesehatan global dan menyiagakannya untuk menanggapi wabah penyakit.
Menurut Stocking, dampak ekonomi wabah seperti ebola bisa menghancurkan negara-negara miskin, dan membuat mereka menolak untuk dinyatakan sebagai negara yang dilanda penyakit itu. Karena akan mencegah negara-negara lain berdagang dengan mereka.
Untuk mengatasi itu, panel itu sedang mempertimbangkan memberlakukan sistem asuransi, guna memberi kompensasi finansial kepada negara-negara yang merespon krisis kesehatan secara memadai. (voaindonesia.com)
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...