Pangeran Charles: Kekerasan NIIS Membawa ke Zaman Kegelapan
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Pangeran Charles dari Inggris menyebutkan bahwa masyarakat internasional gagal memenuhi kewajiban melindungi korban kekerasan kelompok jihad. Yang dimaksud adalah kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Keluarga kerajaan Inggris yang bergelar Prince of Wales itu juga mengatakan dipublikasikannya video rekaman eksekusi dan pemacungan dalam jaringan online menandai "zaman ini yang disebut zaman modern" masuk pada "zaman kegelapan". Demikian dilaporkan situs berita ankawa.com
Dalam pidato singkat di perkumpulan Gereja Khaldean yang bertemu di London barat, hari Selasa (10/12), Charles mengatakan, "Kami saat ini banyak mendengar tentang tugas untuk peduli. Saya pasti akan bertanya, apakah tidak ada kewajiban untuk peduli terhadap korban kekerasan dan keluarga mereka yang, seperti Anda, setiap hari bingung oleh tampilan gambar kekerasan orang yang mereka cintai?"
Pangeran mengunjungi Gereja Keluarga Kudus di Acton, London barat, satu-satunya Gereja Khaldean di Inggris yang menjadi tuan rumah pertemuan. Charles berbicara bagi jemaat Irak yang telah kehilangan rumah, keluarga, dan harta benda mereka oleh serangan NIIS di kota Mosul pada bulan Juni lalu.
"Saya tidak mampu untuk mengungkapkan betapa saya merasa apa yang Anda semua alami, diusir, penderitaan yang tak terlukiskan," kata dia kepada warga Gereja Kaldean yang datang dari seluruh Inggris.
Tahun lalu Pangeran Charles berbicara tentang meningkatnya kekhawatiran tentang nasib orang-orang Kristen di Timur Tengah, dan dia mengunjungi warga gereja Koptik, jemaat Armenia dan Ortodoks Syriac yang berbasis di Inggris.
Fr Nadheer Dako, Kepala Misi Gereja Khaldean di Inggris, berterima kasih untuk berbagi dalam penderitaan, dan mendesak Charles untuk menggunakan pengaruhnya bagi perlindungan pengungsi Kristen di Irak yang "sangat tak berdaya," terutama kebutuhan perlindungan dan perumahan menghadapi musim dingin yang mendekat.
Dako yang menggatikan Habib Jajou yang kini menjadi Uskup Agung Basra, Irak, terbang untuk menyampaikan pesan dari Patriark Kaldean di Baghdad, Louis Sako.
Dalam pesannya Patriark menyebutkan mengajukan banding ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Uni Eropa tentang kawasan Mosul utara untuk perlindungan bagi orang Kristen, Yazidi dan kelompok etnis lainnya, karena kekerasan yang terjadi tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Patriark mengingat surat Pangeran yang ditulis kepadanya pada bulan Agustus yang mengekspresikan "simpati yang mendalam" di atas penganiayaan secara barbar yang dialami warga Kristen di bawah kekuasaan NIIS.
Uskup Agung Jajou juga menyampaikan hadiah berupa Alkitab Perjanjian Baru yang berusia 160 tahun yang didapat dari kakeknya. Alkitab itu ditulis dalam bahasa Aram, bahasa yang diyakini digunakan juga oleh Yesus Kristus 2000 tahun lalu.
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...