Panti Tunanetra Membutuhkan Peralatan Tenis Meja Khusus
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Panti Sosial yang mengkhususkan bagi generasi muda tunanetra, Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Jakarta saat ini membutuhkan meja khusus untuk cabang olahraga tenis meja.
“Tenis meja sekarang ini mejanya rusak dan kami sudah mengajukan surat ke Disorda (Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi DKI Jakarta, red) untuk dapat meja khusus,” kata Yahya, Kepala Bagian Pembinaan Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, di Aula Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Jl. Dewi Sartika No. 200, Cawang Jakarta Timur, hari Selasa (9/2).
“Memang ukuran meja untuk tenis meja itu sama, tapi cara main mereka berbeda. Kalau kita (manusia dengan kondisi fisik normal, red) kan bola tenis meja lewat di atas net, kalau mereka lewat bawah karena mereka modalnya hanya pendengaran,” kata dia.
Keterampilan di bidang olahraga yang diajarkan di Panti Sosial tersebut antara lain, Yahya mengutarakan, ada cabang olahraga tenis meja, renang, dan catur.
“Sekarang ini ya itu tadi, kita masih melobi ke Disorda, nanti kalau kita sudah dapat mejanya baru akan kita sosialisasikan cara main yang baru supaya nanti ketika mereka main mereka tidak kaget,” kata dia.
Yahya menjelaskan bahwa kejuaraan dalam cabang tenis meja bagi para siswa siswi di panti sosial tersebut masih dirasakan kurang karena tiada lawan tanding. “Kalau lembaga lain yang mengurus tunanetra itu ada SLB (Sekolah Luar Biasa kategori Tunanetra, red) di Lebak Bulus (Jakarta Selatan, red), nah kalau ada kejuaraan waktu itu di Soemantri Brodjonegoro (Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, red) ya juaranya mereka-mereka juga,” kata dia.
Yahya menjelaskan para siswa dan siswi di panti sosial tersebut tidak bisa 100 persen terkonsentrasi ke kegiatan olahraga, karena para siswa dan siswi–yang terdiri dari berbagai usia dari anak-anak hingga dewasa–dibekali keterampilan lain sebagai bekal untuk survive di tengah-tengah masyarakat.
“Saat ini mereka harus pintar mengatur waktu karena ada 32 keterampilan yang kami ajarkan, ada komputer Braille, ada pijat shiatsu, bahasa Inggris, olah vokal, dan masih banyak lagi, mas,” kata Yahya.
Baca Juga
- Peparda 2015, Jadi Alat Ukur Difabel DKI Jakarta
- Atlet Tuna Rungu DKI Berharap Keajaiban di Peparda 2015
- 160 Atlet Difabel DKI Jakarta Ikuti Peparda 2015
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...