Parade 19 November: Tua, Muda, Turun ke Jalan demi Pancasila
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Ribuan orang berduyun-duyun datang ke Kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta, Pusat, hari ini (19/11) dalam acara yang disebut Parade Bhinneka Tunggal Ika. Acara ini dimaksudkan untuk mengingatkan bangsa Indonesia tentang pentingnya menjaga Pancasila sebagai dasar negara.
Indah, relawan yang membagi-bagikan makanan ringan kepada peserta Parade Bhinneka Tunggal Ika (Foto: Eben E. Siadari)
Parade yang menghadirkan berbagai kelompok masyarakat dengan pakaian menurut budaya masing-masing, diramaikan berbagai atraksi dan panggung yang mengetengahkan perbedaan namun sekaligus persatuan. Tua, muda, perempuan dan laki-laki turut serta ambil bagian, demi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pada pamflet yang dibagikan kepada peserta parade, ada tiga pesan yang ditonjolkan. Pertama, merawat Indonesia sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika.
Kedua, mempertahankan pemerintah konstitusional.
Ketiga, menjalankan penegakan hukum yang berkeadilan.
Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sujatmiko, hadir dalam acara itu, berorasi dari atas mobil komando yang disediakan panitia, menyusuri jalan dari Tugu Pak Tani hingga menyusuri Jalan Medan Merdeka Selatan.
Tidak mengenal usia untuk ikut dalam Parade Bhinneka Tunggal Ika (Foto: Eben E. Siadari)
Budiman mengajak masyarakat untuk melawan setiap gerakan yang ingin mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
"Kalau ada yang ingin mengubah Pancasila, kita lawan. Kalau ada yang menggangu Bhinneka Tunggal Ika, kita lawan," kata Budiman, seraya mengepalkan tangan, dalam balutan kemeja putih.
Menurut mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini, dengan dasar Pancasila, Indonesia menuju ke arah yang lebih baik ditandai pembangunan yang sampai ke desa-desa. Ia menggarisbawahi pembangunan di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, yang mengucurkan setiap desa dana pembangunan sebesar Rp 1 miliar per tahun pada 2017 dan tahun 2018 akan medapat Rp 2,1 miliar per tahun.
Ibu ini juga tidak mengenal usia, ikut turun ke jalan demi Pancasila (Foto: Eben E. Siadari)
"Itu terjadi karena buah Pancasila. Itu terjadi karena kita hidup dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika," kata Budiman.
Menurut dia, Indonesia bersyukur memiliki dasar negara Pancasila. Namun di sisi lain, ia mengatakan perlu energi besar untuk menjaganya. Sebab dewasa ini ada ancaman yang ingin mengganti dasar negara.
Menurut salah seorang pengagas acara ini, Hasan Nasbi, berdasarkan komitmen dari berbagai elemen masyarakat yang akan datang, yang hadir diperkirakan 97.000 orang dari masyarakat sipil. Namun, di lapangan, tampaknya jumlah itu belum tercapai. Perkiraan sementara, peserta parade kali ini maksimal mencapai 30.000 orang.
Hal ini tidak mengecilkan hati para tokoh yang mengikuti acara ini. Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt Gomar Gultom mengatakan, bukan jumlah yang penting, tetapi diversivitas.
"Pesan parade ini adalah keragaman harus dirayakan dalam kebersamaan. Bersama tidak harus sama. Tionghoa, Arab, India, Ambon, Papua, Manado, Timor, Batak, Aceh, Minang, Sunda, Jawa dan lain-lain, Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, penghayat dan beragam aliran kepercayaan, semua menyatu dalam merayakan keragaman, yang merupakan kekayaan bangsa kita," kata Gomar, yang turut hadir dalam parade ini.
Budiman Sujatmiko sendiri mengatakan, acara ini hanya disiapkan dalam lima hari, dan ia berharap memiliki kesempatan menyelenggarakan yang lebih besar lagi.
"Ini baru awal, kita akan menyiapkan yang lebih besar lagi," kata Budiman.
Parade Sukacita
Di bawah matahari yang bersinar terik, parade ini tampak berjalan dengan sukacita. Walaupun di sana-sini orasi ada juga yang berusaha mengobarkan semangat, para peserta parade ini pada umumnya menikmati pawai sebagai karnaval yang menyenangkan.
Demi Pancasila, anak-anak pun turut serta. (Foto: Eben E. Siadari)
Sebagian besar peserta parade hari ini datang bersama-sama dengan rombongan. Namun, tidak sedikit juga yang hadir atas inisiatif pribadi dan tergerak karena keinginan sendiri. Salah satunya adalah seorang perempuan tengah baya, bernama Kartika R.G, bersama anak gadisnya.
Ibu yang bekerja di sebuah instansi pemerintah ini, mengaku datang ke acara ini dengan alasan yang sederhana. "Saya ingin damai," kata dia.
"Saya simpatisan dan ingin damai untuk NKRI. Dan sangat mencintai Bhinneka Tungal Ika, karena inilah satu-satunya milik bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain," kata dia kepada satuharapan.com.
Parade ini juga diwarnai oleh kehadiran relawan, yang membagi-bagikan minuman ringan dan cemilan berupa biskuit kepada para peserta parade. Salah satunya, Indah, yang pada satu kesempatan, sampai kewalahan melayani orang-orang yang berebut untuk mendapatkan pembagiannya.
"God bless you," kata dia, kepada setiap orang yang menghampirinya dan menerima pemberiannya.
Di media sosial, komentar positif maupun negatif banyak yang menyoroti acara ini. Namun satu hal yang tidak dapat disembunyikan adalah kegembiraaan aparat penegak hukum yang bekerja untuk memberikan pengamanan. Sebab, parade yang berpotensi memacetkan lalu lintas ini, berlangsung dengan damai, tertib dan bersahabat. Sejumlah aparat kepolisian malahan berfoto-foto dengan peserta parade.
Anak-anak muda ini berfoto dengan polisi merayakan perbedaan (Foto:akun twitter @hayked)
Penggagas parade ini, Nong Darol Mahmada memastikan bahwa kegiatan ini bukan aksi tandingan unjuk rasa 4 November lalu. Menurut dia, tujuan parade adalah memunculkan kembali ke-Indonesiaan yang berbineka. Dan ini tidak ada kaitannya dengan kasus yang sedang menimpa Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...