Parlemen Indonesia Dukung “Koin untuk Australia"
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua DPR Setya Novanto menyesalkan sikap dan pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang mengungkit bantuan kemanusiaan Australia kepada masyarakat Aceh saat musibah tsunami tahun 2014 silam. Politisi Partai Golkar itu pun mendukung pengumpulan ‘Koin untuk Australia'.
"Saya selaku Ketua DPR dan wakil rakyat tentu saya melihat ini kekecewaan masyarakat Aceh dan juga masyarakat Indonesia. Kita sangat menyesal sekali pada PM Abbott karena ini akan mengurungi kedaulatan negara di dalam bidang hukum," kata Novanto di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/2).
"Tentu akan menjadi perhatian saya dan tentu saya sangat mendukung masalah ini (pengumpulan koin untuk Australia) ini," dia menambahkan.
Novanto menegaskan DPR akan meminta pihak Australia menyadari dan tidak mencampuri urusan internal Indonesia karena masalah hukum tidak ada kaitannya dengan masalah kemanusiaan.
"Jadi yang kita pikirkan supaya jangan sampai kedaulatan negara kita sendiri dicampuri oleh pihak-pihak asing khususnya pihak Australia," kata dia.
"Bantuan untuk tsunami tahun 2014 silam, tentu tetap berterima kasih sama pemerintah Australia tapi jangan sampai kaedah-kaedah yang berkaitan dengan hukum, tata negara itu jadi persoalan karena itu masalah internal dari kita sendiri," kata Novanto.
Rencana Kembalikan Rumah
Sementara itu, anggota DPR dari daerah pemilihan Aceh II Nasir Djamil mengatakan masyarakat Aceh akan mengembalikan bantuan Australia secara langsung ke kedutaan besar Australia lewat ‘Koin Garuda’ Indonesia untuk Australia.
"Bahkan, Kalau bisa kami lebihkan jumlahnya dari bantuan yang diterima," tutur politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.
Wakil Rakyat di Komisi III DPR itu menyampaikan saat ini ada beberapa komponen yang mengumpulkan 'Koin untuk Australia'. seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh.
"Pengungsi-pengungsi di Aceh Barat yang dulu mendapat bantuan rumah dari Australia juga berencana mengembalikan rumah bantuan yang diterima Australia," kata Nasir.
Tak hanya reaksi yang terjadi di Aceh, dirinya juga mendapat laporan bahwa mahasiswa-mahasiswi Aceh yang pernah menimba ilmu di Negeri Kangguru itu dan mendapatkan beasiswa akan mengembalikan beasiswa tersebut.
"Bahkan laporan yang saya terima, mahasiswa-mahasiswa yang pernah kuliah di Australia, juga konon membicarakan masalah ini. Mereka ingin mengembalikan bantuan beasiswa yang mereka terima dari Australia. Itu cerita mereka ke saya," kata Nasir.
Dia menambahkan, apa yang dilakukan masyarakat Aceh adalah bentuk ketersinggungan dengan pernyataan PM Abbott bahwa Australia sudah memberikan bantuan saat Aceh dilanda tsunami.
Pernyataan Abbott itu dikaitkan dengan hukuman mati dua warga negara Australia karena menyelundupkan narkoba ke Indonesia.
"Jadi memang ini semacam simbol terhadap reaksi dari Aboot. Banyak kalangan yang menyampaikan ke saya, kecewa dengan Australia karena pernyataan Abbot itu. Jadi gak pantaslah seorang PM sampaikan hal itu," kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...