Parlemen Swiss Memilih untuk Melarang Hizbullah Lebanon
Usulan negara netral tersebut lolos di majelis rendah parlemen dengan 126 suara mendukung, 20 suara menentang, dan 41 suara abstain.
BERN, SATUHARAPAN.COM-Parlemen Swiss pada hari Selasa (17/12) memilih untuk melarang Hizbullah, dalam langkah langka yang diambil oleh negara netral yang secara tradisional mengikuti kebijakan untuk mempromosikan dialog dan mediasi internasional.
Pendukung larangan tersebut, yang disahkan oleh majelis rendah setelah menerima persetujuan majelis tinggi pekan lalu, mengatakan Hizbullah merupakan ancaman bagi keamanan internasional dan bahwa Swiss perlu melarangnya untuk mengambil sikap terhadap terorisme.
Pemerintah Swiss menentang larangan tersebut setelah Dewan Federal Swiss mengatakan bahwa kelompok teror Lebanon tersebut dapat dilarang karena dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan berdasarkan undang-undang intelijen negara tersebut karena undang-undang yang berlaku mengharuskan adanya sanksi atau larangan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) agar tindakan tersebut dapat diterapkan.
"Jika Swiss sekarang melarang organisasi semacam itu dengan undang-undang khusus, kita harus bertanya pada diri sendiri di mana dan bagaimana batasannya ditetapkan," kata Menteri Kehakiman, Beat Jans, selama debat parlemen.
Namun, larangan tersebut disahkan oleh majelis rendah dengan 126 suara mendukung, 20 suara menentang, dan 41 suara abstain.
Komite kebijakan keamanan yang mengusulkan larangan tersebut berpendapat bahwa peran mediasi Swiss akan tetap utuh berkat ketentuan khusus tentang perundingan damai dan bantuan kemanusiaan.
Pekan lalu, parlemen Swiss melarang Hamas atas serangan teror kelompok teror Palestina tersebut pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan 251 orang disandera.
Pemerintah, yang menyusun rancangan undang-undang untuk melarang Hamas, mengatakan bahwa hal itu dilakukan sejalan dengan praktik pelarangan organisasi berdasarkan kasus per kasus hanya "untuk alasan yang sangat serius."
Swiss sebelumnya hanya melarang al-Qaeda dan ISIS, yang masuk dalam daftar organisasi teroris PBB.
Hizbullah mulai melancarkan serangan lintas batas ke Israel dari Lebanon sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dengan menembakkan roket dan pesawat nirawak ke komunitas perbatasan dan pos militer, yang menyebabkan sekitar 60.000 warga Israel mengungsi dari rumah mereka di utara negara itu.
Kepala Hizbullah yang telah lama menjabat, Hassan Nasrallah, tewas pada akhir September 2024, akibat serangan udara Israel di Beirut, saat Israel meningkatkan kampanyenya melawan Hizbullah, yang akhirnya melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan.
Pada akhir November, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata, yang secara umum telah dilaksanakan, meskipun ada dugaan pelanggaran gencatan senjata oleh Hizbullah yang telah ditanggapi oleh Israel, dengan mengatakan bahwa pembalasannya sejalan dengan perjanjian gencatan senjata.
Sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kelompok teror tersebut yakin jumlah pejuangnya yang dibunuh oleh Israel tahun lalu bisa mencapai 4.000, sebagian besar dari mereka selama dua bulan pertempuran yang semakin intensif. Sumber tersebut mengutip perkiraan internal yang sebelumnya tidak dilaporkan.
Serangan Hizbullah terhadap Israel sejak Oktober 2023 mengakibatkan kematian 45 warga sipil. Selain itu, 80 tentara dan cadangan IDF tewas dalam pertempuran lintas perbatasan, serangan terhadap Israel, dan dalam operasi darat berikutnya yang diluncurkan di Lebanon selatan pada akhir September. (Reuters/ToI)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...