Partai Kiri Menangi Pemilu Yunani, Kurs Euro Jatuh
TOKYO, SATUHARAPAN.COM – Kurs euro menyentuh tingkat terendah dalam 11 tahun terhadap dolar AS hari ini setelah Partai Syriza yang anti kebijakan penghematan IMF dan EU, menang mutlak dalam pemilihan umum Yunani. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa negara itu akan keluar dari zona euro.
Mata uang itu diperdagangkan pada 1,1174 dolar pada sore hari di Tokyo, setelah melemah ke 1,1088 dolar pada perdagangan pagi, tingkat terendah sejak September 2003.
Euro telah jatuh ke tingkat terendah 11 tahun di 1,1115 dolar di New York pada Jumat (23/1), setelah Bank Sentral Eropa (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi besar untuk mencoba mendorong ekonomi zona euro yang sedang kesulitan.
Euro juga jatuh ke 131,39 yen di Tokyo pada Senin terhadap 132,03 yen, sementara itu merosot ke 0,9833 terhadap franc Swiss, dari 0,9876 pada Jumat.
Partai sayap kiri Syriza berhasil meraih kemenangan bersejarah dalam pemilihan umum Yunani pada Minggu (25/1), menjadi partai anti-penghematan pertama yang berkuasa di Eropa.
Kemenangan tersebut menyajikan tantangan baru untuk program dana talangan (bailout) internasional negara yang dililit utang itu dan telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan Yunani keluar dari zona euro.
"Penurunan euro-dolar tentu mencerminkan kekhawatiran atas ekonomi zona euro yang dipicu oleh pemilu Yunani," kata Marito Ueda, dealer senior di FX Prime.
Euro naik kemudian karena para pedagang sebelumnya telah memperhitungkan dampaknya sampai batas tertentu, "tetapi Anda mungkin ingin berhati-hati tentang perkembangan lebih lanjut -- euro akan tetap berada di bawah tekanan berat", kata Ueda.
Syriza memperoleh 36 persen suara dibandingkan dengan 28 persen untuk Partai Demokrasi Baru, partai konservatif yang berkuasa Perdana Menteri Antonis Samaras, dengan lebih setengah dari suara yang sudah dihitung.
Pemimpin Syriza Alexis Tsipras yang berjanji untuk melakukan negosiasi ulang atas dana talangan Yunani 240 miliar euro (269 miliar dolar AS) dengan Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Kemungkinan gagal bayar (default) Yunani pada pembayaran utangnya telah memicu kekhawatiran negara itu bisa terpaksa meninggalkan zona euro.
Tetapi beberapa analis tidak sepesimis itu.
"Kami masih berpikir Yunani akan tetap dalam zona euro," Elsa Lignos, seorang penyiasat mata uang senior di RBC Capital Markets, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Pada akhirnya kita berpikir anti-bailout tidak mungkin untuk terakhir melalui musim panas. Yunani akan tetap berada di dalam kawasan euro, yang digabungkan dengan pemulihan ekonomi kawasan euro pada semester kedua tahun ini, akan memberikan euro sebuah profil berbentuk V untuk 2015." (AFP/Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...