Partai Sekuler Tunisia Diperkirakan Menangi Pemilihan Parlemen
TUNIS, SATUHARAPAN.COM - Partai sekuler Tunisia, Nida Tounes, memenangi lebih dari 80 kursi dalam pemilihan parlemen beranggota 217 orang. Sementara sebanyak 67 kursi diraih Partai Islam, Ennahda. Demikian dikatakan sumber mengenai hasil penghitungan suara, hari Senin (27/10).
Otoritas penyelenggara pemilu diharapkan mengumumkan hasil pemungutan suara pada hari Minggu (26/10) secara resmi pada Senin sore ini waktu setempat. Ada konfirmasi bahwa hasilnya akan menunjukkan kemunduran bagi partai berkuasa, Ennahda. Partai ini memimpin pemerintah setelah memenangkan kursi terbanyak pada tahun 2011 dalam pemilihan bebas pertama setelah jatuhnya pemerintahan Zine el-Abidine Ben Ali.
Tunisia memilih parlemen baru yang membawa demokrasi penuh setelah hampir empat tahun pemberontakan yang mengusir pemerintah otoritarian Ben Ali dan mengilhami tumbuhnya Pemberontakan "Musim Semi Arab."
Partai Islam moderat, Ennahda, dan saingannya dari aliansi sekuler, Nida Tounes, disebut memperoleh kursi terbanyak dalam pemilu yang bebas kedua di Tunisia. Ben Ali melarikan diri ke pengasingan di Arab Saudi, setelah protes keras terhadap pemerintahannya yang penuh korupsi dan represi.
Lebih Beruntung
Dengan tidak ada pihak yang menang mutlak, beberapa partai kemungkinan dalam sepekan akan membuat kesepakatan untuk membentuk pemerintahan baru. Pemilihan presiden pada bulan depan juga dapat menunda pembentukan segera pemerintah baru.
Pejabat Partai Ennahda, pada hari Minggu, seperti dikutip dari Reuters, mendesak pendukungnya untuk menunggu hasil resmi. Sedangkan pemimpin Partai Nida Tounes, Beji Caid Essebsi, mengatakan bahwa ada "indikasi" yang menunjukkan partainya memimpin dalam pemungutan suara.
Pihak otorita pemilu menyampaikan hasil awal pada hari Senin, namun beberapa pihak menempatkan pengamat di setiap tempat pemungutan suara untuk mengawasi penghitungan awal.
Sejak terjadi pemberontakan, Tunisia bernasib sedikit lebih baik dibandingkan negara tetangganya yang juga menggulingkan pemimpin yang berkuasa lama pada 2011. Negara ini juga menghindari perang saudara langsung dan kekacauan seperti yang terjadi di Suriah dan Libya.
Selama pemerintahan oleh partai Islam mopderat, Ennahda, peran Islam dalam politik Tunisia pada 2011, negara itu dibayangi masalah pekerjaan, peluang ekonomi dan konflik pemerintah Tunisia dengan militan Islam. Tunisia adalah negara sangat bergantung pada pariwisata asing.
Kritikkan masyarakay menyalahkan pemerintahan Partai Ennahda dengan dua mitra sekuler-nya yang lebih kecil telah melakukan salah dalam mengelola ekonomi, yang memmbuat bangkitnya Islam garis keras. Pemerintahnya terpaksa mundur setelah krisis terjadi terkait pembunuhan dua pemimpin oposisi tahun lalu.
Setelah mengatasi kebuntuan yang mengancam menenggelamkan demokrasi baru, Tunisia menyetujui konstitusi baru pada awal tahun ini, dan dihargai sebagai contoh untuk perjuangan melawan kekacauan dan kekerasan.
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...