Pasar Belum Sepakat S & P Naikkan Rating RI Tahun Ini
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pelaku pasar terbelah menyikapi sinyalamen bahwa Standard & Poor's akan menaikkan peringkat utang RI menjadi investment grade tahun ini. Lembaga pemeringkat itu sendiri mengatakan belum ada rencana mengubah penilaian mereka dalam waktu dekat.
S & P merupakan lembaga pemeringkat internasional yang sampai saat ini masih mempertahankan peringkat utang RI di level BB+ atau junk, berbeda dengan pesaing-pesaingnya, seperti Moody's dan Fitch Ratings yang sudah memberi peringkat Investment Grade kepada RI
Dalam wawancara dengan CNBC September lalu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan kenaikan peringkat RI kemungkinan akan diperoleh tahun ini, namun tidak secara spesifik mengatakan lembaga mana yang akan memberikan kenaikan itu.
Tahun lalu Indonesia gagal meraih investment grade dari S & P karena meningkatnya kredit bermasalah.
Kyran Curry, analis primer S & P untuk Indonesia, mengafirmasi peringkat BB+ untuk Indpnesia pada Juni lalu dengan outlook positif. Juru bicara S & P mengatakan lembaga itu belum merencanakan perubahan peringkat dalam waktu dekat dan masih mempertahankan hasil riset mereka yang diterbitkan bulan Juni.
Sebagian pelaku pasar menilai seharusnya S & P mengubah penilaiannya.
"S&P adalah orang asing (outlier), dan saya pikir mereka akan serius mempertimbangkan rating mereka," kata Smriti Shekhar, portfolio manager di NN Investment Partners. untuk kelompok pasar ekuitas kepada CNBC.
"Ada pendalaman pada pasar dan ekonomi (RI) menguat seperti halnya neraca cadangan devisa," kata dia.
Menurutnya, tingkat kepercayaan kepada ekonomi Indonesia jauh lebih baik dibanding 15 tahun lalu.
Pasar juga memuji program pengampunan pajak Presiden Joko Widodo dan peningkatan belanja pada infrastruktur, yang telah mengimbangi kerusakan yang diakibatkan jatuhnya harga komoditas dan kenaikan imbal hasil dolar pasca terpilihnya Trump.
"Kami berharap S&P akan meningkatkan rating Indonesia ke investment grade dalam waktu dekat," kata Neeraj Seth, kepala kredit untuk Asia di BlackRock, yang mengelola dana US$ 5,1 triliun.
"Indonesia memiliki rekam jejak yang kuat dalam disiplin fiskal dan pemerintah telah menunjukkan komitmen yang kuat melakukan reformasi melalui rasionalisasi subsidi minyak dan sejumlah paket kebijakan sejak September 2015," kata dia kepada CNBC.
Namun, Rohit Garg dari Bank of American Merrill Lynch, tidak yakin S&P akan meningkatkan peringkat RI tahun ini karena meningkatnya kredit bermasalah belum berhasil diatasi.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia, rasio kredit bermasalah Indonesia mencapai 3,1 persen pada Januari 2017, naik dari 2,93 persen pada bulan Desember 2016 dan 2,49 persen pada Desember 2015.
"Kendati BI telah mengatakan kredit bermasalah telah mencapai puncaknya, S&P kemungkinan tidak akan menaikkan peringkat RI tahun ini," kata Garg.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...