Pasar Ritel Jakarta Diprediksi Tumbuh 5,4 Persen
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pasar ritel di Jakarta dinilai memiliki prospek yang positif dan diperkirakan akan ada penambahan ruang ritel yang tumbuh sekitar 5,4 persen pada tahun 2015 ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Pasar retail di Jakarta diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 5,4 persen dengan adanya perkiraan penambahan pasokan di 2015," kata Kepala Riset Cushman & Wakefield Indonesia (konsultan properti) Arief Rahardjo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (18/2).
Menurut dia, penambahan pasokan adalah dari beberapa pembangunan "lifestyle center" (pusat gaya hidup) dan "one-stop shopping centers" (pusat perbelanjaan terintegrasi) yang sudah mempunyai izin sebelum diberlakukannya peraturan moratorium oleh Gubernur DKI Jakarta.
Ia mengungkapkan, pengerjaan sejumlah proyek seperti Lippo Mall Puri @ The St. Moritz, Mal Pantai Indah Kapuk, dan perluasan Mal Central Park diharapkan akan selesai 100 persen pada pertengahan tahun 2015.
Selain itu, lanjutnya, Pusat Grosir Metro Cipulir diperkirakan akan memasuki pasar di awal tahun depan atau tahun 2016.
"Aktivitas sewa akan tetap berjalan dengan adanya toko baru yang dibuka oleh `international retailers` (peritel internasional). Tingkat hunian diperkirakan tetap stabil dan harga sewa di beberapa pusat perbelanjaan di lokasi premium akan mengalami kenaikan," katanya.
Sedangkan dalam tiga bulan terakhir di tahun 2014, aktivitas sewa pasar retail di Jakarta tidak terlalu aktif dikarenakan tidak adanya pasokan baru. Perusahaan ritel dari luar negeri masih menjadi pemain aktif di pasar ritel.
Ia mencontohkan Uniqlo asal Jepang yang mengembangkan bisnisnya di Jakarta dengan pembukaan toko keenam di Grand Indonesia, dan department store dari Thailand, Central, juga membuka gerai pertamanya di Grand Indonesia.
Sementara American Eagle, bisnis pakaian yang berasal dari Amerika, juga membuka cabang pertamanya di Central Park, Indonesia.
"Masuknya pemain pasar ritel ini tidak mempengaruhi tingkat hunian pasar ritel secara keseluruhan," ucapnya.
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia merevisi target pertumbuhan bisnis ritel menjadi 10 persen yang awalnya 15 persen.
Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (13/2), mengatakan revisi target pertumbuhan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya upah buruh yang meroket dan kurs rupiah kian melemah.
Tutum mengatakan tiap tahunnya beban pengusaha ritel naik karena beban upah rata-rata naik 10 persen, inflasi lima persen, dan selisih kurs rupiah hingga 20 persen dari tahun lalu. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...