Pasaran Survive! Digelar Sehari
Alternatif Tempat Kaos Oblong Jogja
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Survive!garage yang berada di Jalan Bugisan-Bantul, DI Yogyakarta pada hari Minggu (20/12) menjadi tempat gelaran Pasaran Survive!. Acara yang hanya berlangsung sehari melibatkan 17 komunitas seni rupa lintas media di Yogyakarta.
Perhelatan yang memanfaatkan garasi serta halaman rumah selain menawarkan karya komunitas perupa juga dimeriahkan dengan live musik dari kelompok Greestreek, Iwank Fals, DJ Mustofa, Jahwes. Di sela-sela acara dilakukan live sablon, pembuatan mural di dinding garasi oleh Kukomikan (Yogyakarta) dan Caitlin Taguibao (Kanada) serta workshop menggambar bersama anak-anak oleh komunitas Garda Belakang.
Survive!garage sendiri berawal dari obrolan ringan beberapa perupa Yogyakarta diantaranya Bayu Widodo pada gelaran Festival Kesenian Yogyakarta 2004 di Benteng Vredeburg dengan menggunakan Survive! untuk mengingatkan semangat yang harus dijaga. Baru pada tahun 2009 ketika menyewa sebuah rumah dimana garasinya dimanfaatkan sebagai ruang seni alternatif bagi siapapun terutama seniman muda untuk berekspresi itulah kemudian ditambahkan kata 'garage' di belakang Survive! menjadi Survive!garage.
"Pasaran Survive! yang baru pertama kali diselenggarakan ini tidak semata-mata jualan karya (seni), tapi lebih merupakan upaya membuka ruang komunikasi diantara komunitas perupa. Karena itu di Pasaran Survive! kita buat berapa event dengan melibatkan banyak komunitas. Sengaja kita selenggarakan sehari sebagai ujicoba. Kedepannya sedang kita coba untuk diselenggarakan secara reguler 2-3 bulan sekali. Berpindah tempat. Mungkin penyelenggaraan berikutnya di tempat kawan-kawan komunitas di Imogiri atau yang lainnya. Begitu seterusnya." kata Bayu Widodo, salah satu penggagas Pasaran Survive di sela-sela acara, Minggu (20/12).
Bayu menjelaskan, dengan adanya Pasaran Survive!, diharapkan menjadi ruang berbagi ide bagi seniman maupun perupa lintas media-disiplin agar menjadi lebih intens dalam menghasilkan karya-karya berikutnya. Karya yang dihasilkan bisa dari pergulatan pemikiran ataupun respon atas realita serta fenomena sosial yang melingkupi masyarakat berikut problematika yang berkembang.
Ketika Kaos Berbicara
Selain dalam jumlah terbatas, karya yang ditawarkan di Pasaran Survive! dalam bentuk kaos, tas, peci/penutup kepala, payung, dan lain-lain sesunguhnya merupakan karya seni buah ide baik yang berupa lontaran gagasan baru, kritik, saran. Teknik pengerjaan, penggunaan warna dan materi karya, serta terlebih ide atau gagasan dalam produk terbatas inilah yang menjadikan daya tarik produk seni tersebut. Salah satunya teknik cetak tinggi pada cukil kayu sebagai mal sablon menghasilkan cetakan yang unik.
Bayu Widodo sendiri mereproduksi beberapa karya lukisannya dengan teknik sablon screen pada kaos yang dikerjakan sendiri sehingga warna cetakan bisa seperti lukisan aslinya. Kaos ataupun produk cetakan lainnya yang dihasilkan seolah menjadi kanvas dalam dimensi yang berbeda bagi Bayu.
Ditengah persaingan produk distro ataupun brand besar, produk seni 'massal' dalam jumlah terbatas dari para perupa yang ditawarkan secara daring (online) ataupun melalui jaringan komunitas sesungguhnya bisa menjadi tawaran menarik yang bisa menjadi warna lain dunia pariwisata Yogyakarta, dimana ketika kreasi dan kreativitas mendapatkan tempatnya akan semakin memberikan warna bagi Yogyakarta, Indonesia, dan juga dunia.
Sebuah kaos bertuliskan Less Car More Trees, dalam berbagai perspektif seolah mengingatkan bahwa kita memerlukan transporasi massal sehingga tidak menambah populasi kendaraan dan polusi udara di jalanan dan pada saat bersamaan mengingatkan bahwa kota-kota kita telah banyak kehilangan ruang terbuka hijau berikut penutupan vegetasi di atasnya akibat alih fungsi lahan/kawasan atas nama berbagai alasan.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...