Pasca Gempa Cianjur, BMKG Minta Warga Waspada Potensi Tanah Longsor dan Banjir
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mewaspasai bencana lanjutan berupa tanah longsor dan banjir bandang usai guncangan gempa magnitudo 5,6.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan imbauan ini dikhususkan bagi masyarakat Cianjur yang bermukim di daerah lereng-lereng perbukitan dan di lembah atau bantaran sungai.
Besar kemungkinan lereng-lereng perbukitan di Cianjur menjadi rapuh usai terjadinya gempa bumi. Hal ini dapat semakin diperparah dengan tingginya intensitas hujan yang berpotensi mengguyur Cianjur.
"Lereng-lereng yang rapuh ini ditambah hujan deras dapat memicu terjadinya longsor dan banjir bandang dengan membawa material runtuhan lereng. Jadi masyarakat dan pemerintah setempat juga perlu mewaspadai adanya kolateral hazard atau bahaya ikutan usai gempa kemarin," katanya, hari Selasa (22/11).
Dikatakan, banyaknya korban jiwa dalam peristiwa gempa Cianjur akibat tertimpa bangunan yang tidak mampu menahan guncangan gempa. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengonfirmasikan ada sebanyak 162 korban yang meninggal dunia dan 326 luka-luka akibat gempa Cianjur.
"Sebenarnya gempa tidak membunuh dan melukai. Justru, bangunanlah yang membunuh dan melukai manusia.”
BMKG meminta masyarakat untuk menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa bumi. Karena dikhawatirkan tidak kuat menopang dan ambruk jika sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
"Untuk sementara jangan memaksakan kembali ke rumah jika bangunannya rusak atau retak-retak. Hingga pukul 06:00 WIB, 22 November 2022, telah terjadi 117 gempa susulan dengan terbesar tinggi getaran 4.2 dan terkecil 1.5 magnitudo," katanya.
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dan tidak serta-merta mempercayai informasi ataupun berita yang tidak jelas asal-usulnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Mulai Selasa (22/11) Tim Survey BMKG melakukan perekaman gempa-gempa susulan dan tingkat kerusakan, untuk menghasilkan peta makrozonasi dan mikrozonasi yang diperlukan untuk mendukung proses rekonstruksi dan penyempurnaan tata ruang.
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...