Pasien Sembuh COVID-19 Naik Dua Kali Lipat Dibanding Kasus Meninggal
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Jumlah pasien sembuh COVID-19 naik dua kali lipat atau naik 256 persen dibanding kasus meninggal pada Kamis (7/5) hingga pukul 12.00 WIB.
"Sebaran pasien sembuh terbanyak adalah di DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, dan Jawa Barat," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto dalam konferensi video yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Kamis (7/5).
Hingga 7 Mei 2020 pukul 12.00 WIB, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat jumlah pasien sembuh COVID-19 mencapai 2.381 orang, sedangkan kasus meninggal mencapai 930 orang.
15 provinsi di Indonesia tidak mengalami penambahan kasus COVID-19 pada Kamis (7/5). Provinsi itu adalah Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Lampung, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Sementara jumlah kasus positif COVID-19 mengalami penambahan 338 orang menjadi 12.776 orang.
Gugus tugas juga mencatat terdapat 243.455 orang dalam pemantauan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 28.508 orang. Dari 243.455 ODP, 200.000 lebih orang sudah selesai dipantau dan dinyatakan sehat.
Kasus COVID-19 muncul di 354 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi di Tanah Air.
Achmad Yurianto mengatakan orang pembawa virus COVID-19 yang tidak menggunakan masker berpotensi menularkan virus dengan persentase 75 persen kepada orang lain.
"Beberapa pengamat mengatakan bahwa seseorang yang membawa virus, seseorang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dan tidak menggunakan masker, orang di sekitarnya memiliki peluang tertular bisa sampai 75 persen," kata Yurianto.
Karena, ketika orang yang memiliki virus COVID-19 di dalam tubuhnya pergi keluar, droplet atau percikan yang dikeluarkan akan mengenai semua benda. "Namun, manakala dia menggunakan masker, bisa ditekan sampai dengan 5 persen," tuturnya.
Oleh karena itu, Yurianto meminta semua orang yang harus terpaksa keluar rumah, harus menggunakan masker. Penggunaan masker ini untuk melindungi diri dan orang lain agar tidak tertular atau mungkin menularkan penyakit itu.
Ia juga meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah. Jika harus keluar, batasi waktu di luar rumah dan sesegera mungkin kembali ke rumah. Sesampai di rumah, bersihkan diri, cuci tangan dan ganti baju.
"Jika memang terpaksa harus keluar rumah hindari kerumunan orang yang cukup banyak, hindari berdesak-desakan di kendaraan umum, dan sampai di rumah secepatnya," ujarnya.
Masyarakat juga harus membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mencuci tangan adalah kunci untuk membunuh, merusak dan mematikan virus yang mencemari tangan. Menjaga jarak juga dapat melindungi diri dari percikan saluran pernapasan.
"Mungkin kita bisa melindungi diri dengan menggunakan masker untuk mencegah droplet langsung, tetapi cemaran pada benda di sekitar kita yang kemudian tidak sadar kita pegang dan kemudian kita gunakan tangan yang tercemar ini untuk memanipulasi mulut, hidung, mata, penularan itu akan menjadi sangat efektif," tuturnya.
Masyarakat juga harus sama-sama mendukung dan mematuhi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Semua langkah pencegahan itu harus dilakukan secara menyeluruh dan bersama-sama dengan penuh tanggung jawab dan disiplin kuat agar bisa memutus mata rantai penularan COVID-19. (Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...