Paskah 2018, Dirjen Bimas Kristen: Jangan Hanya Simbolik
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Thomas Pentury mengapresiasi rangkaian acara Paskah 2018. Thomas berharap Paskah tidak semata simbolik tapi memberi makna penyelamat dosa.
“Saya memberi apreasiasi yang tinggi terhadap acara Paskah 2018 ini. Perayaan Paskah Nasional tidak hanya simbolik, namun menjadi bagian dari cara kita memaknai Paskah, penyelamatan manusia dari dosa,” kata Thomas Pentury saat memberikan sambutan pada Penyambutan Obor Paskah Nasional 2018 di halaman Gereja Immanuel, di kawasan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (1/4/2018).
Gereja Immanuel adalah bagian dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang menganut sistem Presbiterian Sinodal. Thomas Pentury berharap simbol-simbol Paskah dapat memberikan kekuatan kepada semua untuk melakukan tugas pelayanan dan perkabaran injil.
Dirjen mengakui, beberapa waktu terakhir ini bangsa Indonesia mengalami keprihatinan nasional terkait kebersamaan. Untuk itu, Thomas Pentury mengharapkan Kirab Obor Paskah ini menjadi jembatan, rantai persekutuan persatuan anak bangsa.
Api, kata Thomas Pentury mempunyai semangat, memiliki kekuatan untuk menyambung rantai-rantai itu. Api juga sebagai simbol terang yang mampu merekatkan rantai dalam bentuk apa pun. Semua hal dapat kiranya dipersatukan oleh makna api ini.
“Api dari obor Paskah ini, akan mengikat kita semua dalam persekutuan sebagai warga Kristen di Indonesia, menjadi pemersatu bangsa ini,” Thomas Pentury berharap.
Sebelumnya, Pdt Dr Karel Erary menyampaikan bahwa obor Paskah ini sudah berjalan dari Danau Tondano, Sulawesi Utara, menuju Danau Toba, Sumatera Utara, yang menjadi tempat puncak agenda Paskah pada akhir April 2018 mendatang. Kirab obor Paskah diikuti perwakilan dari berbagai provinsi.
Dalam uraiannya, Karel Erary menjelaskan refleksi Paskah di hadapan umat kristiani yang hadir, terutama tentang makna air. Merujuk pada tema Paskah kali ini “Peace and Harmony”, air kiranya dapat menciptakan perdamaian di antara manusia.
“Air harus dapat menciptakan perdamaian di antara kita. Empat hukum wajib sebelum minum air; terima kasih air, aku mengasihimu air, habiskan air, dan aku akan menjagamu air,” kata Karel Erary.
Bagi Erary, pergerakan air dari Tondano menuju Danau Toba kiranya dapat menjadi lambang pergerakan konservasi di Indonesia. (kemenag.go.id)
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...