Pastor dari Eritrea Juga Punya Kans Raih Nobel Perdamaian
ERITREA, SATUHARAPAN.COM – Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi terfavorit untuk memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian yang diumumkan pada Jumat (9/10) ini. Namun, seorang imam Katolik Roma warga Eritrea, juga punya kesempatan.
Pastor Mussie Zerai telah dinominasikan karena membantu menyelamatkan nyawa ribuan migran melintasi Mediterania.
Pelayanannya dimulai pada 2003, ketika ia memberi nomor teleponnya kepada seorang wartawan yang membutuhkan bantuan menerjemahkan kisah orang-orang Eritrea di kamp-kamp penahanan di Libya. Kisah tersebut menyebar dari mulut ke mulut dan tertulis di dinding penjara Libya.
Zerai menjadi pusat jaringan pendukung mengatasi krisis karena ia dihubungi oleh pendatang dari dalam truk di Gurun Sahara dan dari perahu yang menyeberangi laut. Dia mengirimkan koordinat GPS para pengungsi itu kepada penjaga pantai Italia dan otoritas angkatan laut Uni Eropa sehingga mereka dapat diselamatkan.
Kewalahan oleh volume panggilan, ia mendirikan 'Watch the Med', sebuah pusat informasi yang dikelola oleh beberapa lusin relawan multibahasa.
Zerai bertemu Paus Fransiskus—yang juga dinominasikan mendapat Hadiah Nobel—pada konferensi tentang perdagangan manusia. “Dia mengatakan kepada saya—lanjutkanlah karya Anda yang penuh keberanian ini,” katanya kepada Daily Telegraph, pekan lalu.
Dia mengkritik Angela Merkel dan politikus Uni Eropa lainnya, yang ia percaya telah gagal memberi perlindungan.
“Angela Merkel mengatakan, ‘800.000 dipersilakan.’ Secara politik terlihat bagus. Tapi, yang lebih konkret, bagaimana orang-orang tiba di perbatasan Anda? Apa kekerasan yang mereka derita? Mengapa tidak membuat jembatan udara dari Yunani atau koridor kemanusiaan dari Turki atau Lebanon?”
Ia melanjutkan: “Dalam 15 tahun terakhir lebih dari 25.000 orang tewas di Mediterania. Dan apa yang dilakukan Eropa sekarang? Mendirikan dinding dan kawat berduri.”
“Semua jalur hukum harus digunakan untuk memerangi perdagangan. Jika tidak, Mare Nostrum akan menjadi salah satu kuburan besar.” Mare Nostrum adalah sebutan dalam bahasa Latin untuk Laut Mediterania.
Upaya Zerai belum disambut secara universal, bahkan dari dalam Eritrea sendiri, yang dipimpin rezim represif yang menganggap Pastor Zerai sebagai kritikus keras. Pada ketegangan yang lebih luas dalam upaya menangani krisis migran, ia juga telah dituduh terlibat membantu para migran. Namun, dia bersikeras bahwa itu bukanlah kejahatan jika ia menyelamatkan seseorang yang memohon bantuan ketika hidup mereka berisiko. (christiantoday.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...